Ya Allah, tolonglah saudara kami di Bumi Palestina...



Api jihad kembali berkobar. Yahudi terlaknak kembali mengotori tanah penuh barokah, bumi Palestina. Kiblat pertama kaum muslimin, negeri para nabi dan rosul dan tempat Isro’ Nabi s.a.w. seluruh kaum muslimin mencintainya. Kalbu teriris tatkala melihat banyak korban berjatuhan di tangan para tentara zionis. Untaian d’a selalu kami panjatkan pada ilahi Robbi, semoga mencatat mereka sebagai syuhada. Sungguh beruntung orang yang wafat sebagai syahid.

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Robbnya dengan mendapat rezki. (QS Al-Imron [3] : 169)

Wahai kaum muslimin…

Bantulah saudara-saudara kita yang sedang berjuang melawan musuh laten kaum muslimin, bahkan musuh para nabi. Ringankan beban mereka. Do’akanlah mereka, semoga Allah menolong dan menyelamatkan mereka. Ingatlah sabda Rasul s.a.w kita yang mulia

“Perumpamaan orang mukmin dalam rasa kasih sayang dan kelembutan mereka saeperti satu tubuh, apabila salah satu bagainnya sakit maka seluruh badan merasakan tidak bisa tidur dan demam.”

Dan untuk kalian, wahai para saudara kera dan babi…

Dahulu kalian telah membunuh para nabi. Bahkan beberapa kali mencoba membunuh Rosul kami, Muhammad s.a.w. dan sekarang kalian membabi buta menyerang saudara-saudara kami di bumi Palestna. Ingatlah… suatu ketika nanti kami akan membantai kalian. Nabi kami menjanjikan:

Tidak akan bangkit hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi orang-orang Yahudi dan kaum muslimin membunuh mereka hingga orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu atau pohon itupun berkata: “Wahai muslim, wahai hamba Alloh ini dibelakangku ada seorang Yahudi, kemari dan bunuhlah dia”, kecuali pohon Ghorqod karena ia termasuk pohonnya Yahudi.” (HR Muslim)

Wahai saudaraku kaum muslimin… Kemenangan masa depan di tangan Islam. Itulah janji Alloh dan Alloh tidak akan mengingkari janji-Nya. Namun…janji itu bersyarat. Syaratnya, kita mau kembali kepada ajaran Islam yang murni dari syirik, bid’ah, kemaskiatan, dan nda lainnya. Penuhilan syarat itu, niscaya Alloh akan memenuhi janji-Nya. Dari Abdulloh bin Umar r.a. berkata: Saya mendengar Rosululloh s.a.w. bersabda: “Apabila kalian jual beli dengan cara ‘innah, kalian memegang ekor sapi dan kalian ridho dengan pertanian serta tinggalkan jihad, niscaya Alloh akan menghinakan kalian dan tidak akan mencabutnya sehingga kalian kembali pada agama kalian. (Shohih, HR. Ahmad dan abu Dawud)

Imam Malik r.a. berkata: “Tidak akan pernah baik urusannya akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat baik pendahulunya”

Pasca tragedi pembantaian kaum muslimin oleh Yahudi di Masjidil Aqsho beberapa tahun yang lalu, ada seorang muslim yang bertemu dengan orang Yahudi, lalu dia berkata: “Meskipun lama, namun suatu ketika nanti kami akan mengusir kalian dari Palestina dengan hina dina, dan kami akan merebut kembali Masjid Aqsho, sehingga pohon dan batu akan membantu kami memerangi kalian.” Yang mengherankan orang Yahudi itu berkata: “Ya benar. Hal itu kami baca di kitab kami, dan diketahui oleh kami baik yang alim maupun yang bodoh, namun (yang mengalahkan kami) bukan muslim (semacam) kalian.” Maka si muslim berkata: “Lalu siapa?” Yahudi itu menjawab: “Mereka adalah kaum muslimin yang jumlah jamaah sholat subuhnya sama seperti jumlah jamaah sholat Jum’at. (Mukhtashor Asyritus Sa’ah, taqdim: Syaikh Abdulloh al Jibrin hlm: 28) wahai kaum muslimin kapankah kita menjadi seperti itu?

FAFA KEMBALILAH...



New Jakarta, Oktober 2016. dengan langkah agak tergesa, kumasuki lift kampusku. Si Bungsu Umar yang baru saja masuk TQ sempat membuatku agak kerepotan, ia agak rewel tadi. Maklum, ini hari pertamanya masuk sekolah. Alhamdulilah, Ukhti Ida dan krunya sangat profesional menangani anak-anak. Akhirnya Umair bisa tersenyum dengan puzzle barunya pemberian Ukhti Ida, dan itu berarti aku tenang meniggalkannya.

Kutengok jadwal kuliahku hari ini. Pfff…mata kuliah Psikologi Klinis kali ini diisi oleh dosen tamu dari Australia, eitt..siapa namanya? O, iya DR. Fania A Rossati, SKM.,MPH. khabarnya ia seorang feminis!

“Hmmm…jadi pengin tahu…”desisku.

“Hah…apa Mbak! Ngomong apa?” Tanya Yuni yang kebetulan ada disebelahku. Aku tersenyum sambil menggeleng.

“Nggak…, katanya ibu Fania ini seorang feminis ya? Aku jadi kepingin tahu pemikirannya…,” kataku padanya. Yuni tertawa.

“Ck..kamu Mbak…, kalau dengar kata-kata feminis. Langsung bereaksi!” seloroh Yuni. “Awas…jangan debat di ruang kelas lho Mbak…” pesan Yuni.

“Lho memangnya tidak boleh? Suka-suka dong…” celetukku.

“Hmmm.. dasar Mbak!!” Yuni mendorong bahuku gemas. Aku tertawa lirih.

“Ssssttt.. tuh dosennya datang,” bisik seseorang disebelahku. Aku dan Yuni terdiam.

Seorang wanita seumur denganku, memasuki ruang kuliah. Rambutnya sebatas tergerai bahu, hitam, lebat dan tampak terawat. Bajunya yang berwarna coklat tanah sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Roknya beberapa senti di atas betis. Rapi dan sangat gaya. Aku tersenyum simpul.

Tapi senyumku kemudian berubah menjadi lolongan keheranan, ketika DR. Fania A Rossati membuka kacamata hitamnya yang lebar. Seorang dengan raut wajah yang sangat kukenal kini sibuk menyalakan OHP.

Masya Allah…Fafa…” bisikku tanpa sadar. Yuni menatapku keheranan.

“Apa Mbak…? Fafa? Mbak Nur kenal dengan ibu itu? Tanya Yuni.

“Sepertinya…tapi…,” kataku ragu-ragu. “Sebentar Yun.. oh. Subhanallah…iya! Dia Fafa…, teman es-em-a ku dulu…, Astagfirullah….bukan main, ck! Kataku. Yuni cuma manatapku dan DR Fania berganti-ganti. Ia kebingungan. Persis seperti aku.

“Good morning Class, today I want to introduce you about Dyslexia ....,” DR Fania memulai kuliahnya. Aku tidak bisa berkonsentrasi lagi. Mau tidak mau ingatanku melayang kembali ke masa ES-EM-A ku dulu, tujuh belas tahun yang lalu.

“Janji ya Ukhti.., kalau pulang dari Australia nanti tidak ada yang berubah…, “ kataku sambil menatap mata Fafa yang basah lah air mata.

Insya Allah…, kita sama-sama jihad. Anti di Indonesia dan ana di Australia…” balas Fafa sambil memelukku.

Waktu itu rambut Fafa yang hitam legam, masih tertutup rapat dengan jilbab putih seragam sekolah kami. Dengan berat hati, aku melepas Fafa, yang akan melanjutkan studinya di Melbourne, Australia, mengikuti papanya yang diplomat itu.

Saat itu aku menangis karena khawatir. Kalau-kalau suasana Melbourne akan membuat komitmennya terhadap Islam luntur. Dan sekarang… ternyata kekhawatiranku itu terbukti! Astagfirullah…

So…, I want t repeat the definition of dyslexia. Would you….Miss eemmmm, Maria Nur Zakaria..”

Mendengar namaku dipanggil, aku tersentak kaget. Benar-benar gelagapan! Alhamdulillah, Yuni menyorongkan catatanya kehidungku.

“eeemm …, Dyslexia means difficulty reading for any reason, the problem seems to lie in a part of the brain that acts an auditory relay station..”

“Okay .. tahnk you! Would you mind if you see me after this class?! Tanya DR. Fania sambil menatapku tajam. Aku membalas tatapannya. Kulihat ada yang berkaca-kaca di mata coklat DR Fania. Aku pun mengangguk kuat-kuat. Ya..rabbi, Bantu saya membawanya kembali ke jalan-Mu.

Kutengok arlojiku. Hampir seperempat jam aku menunggu Fafa di Cafetaria ini. Alhamdulillah, Aku diijinkan suamiku untuk pulang agak terlambat ketika kutelepon tadi. Yah…meski dengan begitu aku harus membiarkan suamiku menggantikan aku menjemput anak-anak. Padahal menjemput anak-anak adalah salah satu pekerjaan favoritku. Mendengarkan berceloteh tentang pengalaman masing-masing disekolah selalu membuatku bergairah.

“Tidak kusangka kita bisa bertemu disini Nur…,” sebuah sapaan membuyarkan lamunanku tentang anak-anak. Aku tersenyum sambil mempersilakan Fafa duduk dihadapanku.

Assalamu’alaikum…apa kabar Ukhti…? Kataku perlahan. Fafa tercenung, ia idak menjawab salamku. Ya, Allah sudah sedemikian jauhkah ia? Bisikku dalam hati.

Setelah beberapa saat hening menyelimuti kami berdua. Tiba-tiba aku dan Fafa sama-sama menggerakkan mulut untuk ngomong. Akhirnya tawa kami berderai…

“Kamu duluan deh… yang ngomong,” kataku. Aku sengaja berkamu-kamu biar Fafa tidak kaku seperti tadi. Tampaknya ada yang membuatnya enggan dengan panggilan ukhti.

“Aku heran,… setahuku kamu kan kuliah di Fakultas Psikologi. Jadi mahasiswa lagi..?! Berondong Fafa. Aku Cuma tersenyum.

“Ceritanya panjang Fa… ngomong-ngomong anakmu berapa sekarang? Tanyaku. Fafa terdiam, ia tertunduk sambil mengaduk-aduk soft drink-nya.

“Tidak satu pun,” jawab Fafa. Ia terlihat lega setelah mengucapkan itu. Aku melengak. Kutatap Fafa yang masih sibuk dengan soft drink-nya. Ya Rabbi… ia benar-banar telah berubah.

“Kamu tidak menikah? Tanyaku.

“Pernah…” jawabnya santai

“Maksudmu…, cerai?”

“Begitulah…”

“Fafa… kamu berubah banyak,” kataku mirip keluhan. Fafa menghela napas panjang. Senyumnya dipaksakan.

“Sudahlah…sekarang giliranmu. Anakmu berapa sekarang. Suamimu, dan apa kasibukanmu. Oya, jangan lupa gimana kamu bisa jadi mahasiswa di sini, kamu nggak lulus ya, di Fakultas Teknik…?” Fafa memberondong pertanyaan.

“Hei….hei…hei… satu-satu dooong…” kataku.

“Dengar baik-baik dosenku yang cantik…, anakku lima orang!” Kataku sambil menunjukkan jariku. Fafa terbelalak

“Banyak amat…?!” Protesnya. Aku tergelak.

“Yang sulung umurnya sepuluh tahun, kelas enam SD. Yang bungsu tiga setengah tahun, baru masuk Taman Qur’an…Mereka manis-manis dan pintar…nih fotonya,” kataku sambil menunjukkan foto keluargaku. Fafa menatap foto itu lekat.

“Ya, manis dan pintar seperti ibunya. Ini suamimu? Tanya Fafa. Aku mengangguk. “Kau bahagia sekali Nur…”

“Alhamdulillah …, hadza min fadhli Robbii…, sahutku. Fafa menatapku. Matanya berkaca-kaca. Kuraih tangan Fafa, kugenggam erat-erat seperti memberinya kekuatan. Fafa menghela napas dalam-dalam.

“So…, how do yoe get here? In this university?! Tanya Fafa.

“Ya .. aku memang sengaja mendaftar,” kataku. “Setelah lulus Fakultas Teknik, aku merasa aku masih membutuhkan ilmu lain untuk mendidik anak-anakku. Dan kebetulan aku tertarik pada psikologi…, so, here I am…”

“Suamimu tidak melarang???! Tanay aFafa keheranan.

“Pada mulanya sih iya…, tapi setelah kupaparkan rencanaku padanya, ia tak punya alasan untuk menolak proposalku untuk kuliah lagi…, “kataku sambil tersenyum lebar. Mata Fafa terbelalak.

“Proposal? Tanyanya.

“Ya! Aku membuat proposal itu sebelum aku menikah. Isinya secara global begini…” jawabku sambil membenahi tempat duduk. Fafa terlihat sangat serius menanti kata-kataku. Bismillah semoga kata-kataku ini bisa membawa Fafa kembali ke jalanMu ya Alah…

“Aku lulus dari Fakultas Teknik umur dua puluh lima tahun. Setelah itu aku menikah seperti yang tertulis dalam proposalku. Aku mengurangi kegiatan diluar rumah, pengajianpun kupusatkan di rumah …, setelah itu lahir nanak-anak… jaraknya mereka cuma satu tahun, hanya si bungsu yang berjarak dua tahun dari kakaknya. Praktis aku menjadikan anak-anakku dan rumah tangga sebagai pusat seluruh kegiatan hampir sepuluh tahun. Setelah anak bungsuku Umar, bisa kutinggal dan mulai bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya, aku kembali ke profesi mahasiswaku… gimana Fa?”

“Kau…ck! Kau hebat Nur.. dan suamimu bisa mengerti semua itu?” Tanya Fafa tidak percaya.

“Dia laki-laki yang hebat Fa…, dia itu faham sekali kecenderunganku. Bahwa aku tidak pernah dipisahkan dari ilmu dan dakwah…, oh ya .. dan jangan lupa Fa…, sebelum aku siap terjun ke dunia secara langsung seperti ini. Aku sudah menyiapkan usaha baru bagi anak-anakku..,” kataku lagi.

“Apa itu Nur…?”

Learning and development Center for Islamic Children. Sebuah pusat Islam yang dibangun untuk keperluan ummat khususnya anak-anak muslim, yang memiliki klinik kesehatan untuk anak-anak, klinik konsultasi pendidikan bagi orang tua mereka, dan pendidikan dari tingkat TQ sampai sekolah lanjutan atas, “jawabku. Fafa semakin terlongong-longong..

‘Kau menyiapkannya sendiri?”

“Ya tidak…, ini kerja amal jama’i. Non…, beberapa sahabatku yang dulu kuliah di Fakultas Psikologi, kesehatan Masyarakat, Fakultas pendidikan, kedokteran, Teknik … kuminta untuk kembali. Dan bersama-sama membangun semua ini…”

“Dan aku ingin kau membantuku Fafa… seperti dulu kita sama-sama sibuk di Rohis…, bisikku. Fafa termenung.

“Kupikir…, semua muslimah yang berkerudung selalu berpikiran sempit…, cita-citanya hanya mandek sampai pintu dapur…, sahut Fafa lirih.

“Ah, kau pasti tidak cermat ketika membaca Fiqhul Aulawiyatnya DR Yusuf Qardhawi. Kata beliau: ‘Problem yang menghadap aktivitas kewanitaan Islam ialah sikap laki-laki yang senantiasa mengomando, mengarahkan dan menguasai urusan wanita. Tidak memberi peluang bagi “bunga-bunga” untuk tumbuh mekar…. Di kalangan wanita juga terdapat ketokohan dan kepeloporan seperti halnya laki-laki. Kepeloporan dan kejeniusan bukan hanya milik laki-laki saja,…” begitu kata beliau..” ujarku pada Fafa.

“Tapi, apakah mereka tidak takut tersaingi Nur? Kilah Fafa

“Fafa… Fafa…, aktivitas muslimah itu kan tidak semata-mata diabdikan untuk kebebasan mereka seperti layaknya wanita-wanita Barat itu Fa... kiprah mereka itu untuk dakwah. Lagi pula, mengurus anak-anak dan pendidikan, adalah tugas seorang ibu??”

“Iya…ya…”

Kuulurkan undangan munaqosyah (diskusi) tentang wanita pada Fafa.

“Datanglah…, ummat membutuhkan wanita-wanita seperti Anti…, “ kataku

“Tapi… aku…” katanya sambi mengelus rambutnya. Aku tersenyum.

“Tidak ada kata terlambat utnuk memulai dari awal lagi Fa...” kuulurkan sebuah bungkusan berisi kerudung berwarna biru muda, yang kubeli di toko muslim dekat kampus tadi selepas kuliah.

Fafa menatapku lekat-lekat. Matanya berkaca-kaca. Tangannya menggenggam erat jemariku. Ini lebih dari sebuah persetujuan untuk mengiyakan ajakanku untuk kembali. Alhamdulillah…

(Dari: Cahaya di atas cahaya, Izzatul Jannah)

SEMANGAT AKHWAT



Oleh:Lina el-Syahidah*)

“Kenapa aku melakukannya lagi, kenapa aku tak pernah mampu lari dari apa yang dinamakan cinta, selalu saja dia datang kembali …”

Ukhti muslimah, cinta…cinta …dan cinta…. Seakan tiada lagi yang dibicarakan selain cinta. Seakan hanya cinta yang selalu ada dan menghiasi hari-hari serta mewarnai diri kita. Tidak hanya cowok dan cewek (muda-mudi yang belum tertarbiyah) yang terkena cinta, bahkan aktivis dakwah seperti kita pun bisa terkena virus cinta saat tidak bisa mengatur hatinya.

Ukhti, seorang akhwat tulen emang tidak bisa dipisahkan dengan interaksi dengan ikhwan. Dan ketika hijab hati kurang dijaga maka dia akan mudah terjangkit virus yang mematikan hati, virus cinta misalnya.

Ukhti, mungkin dari sebagian antunna akan bertanya-tanya, akhwat jatuh hati? Jika ukhti bertanya pada saya, jawaban yang akan saya berikan adalah pasti ada! Karena akhwat juga manusia,. Mereka bukanlah makhluk yang penuh dengan kesempurnaan. Perasaan jatuh cinta, jatuh hati (atau apalah namanya…) memang sukar ditebak, karena ia memang penuh gejolak. Bahkan karena datangnya virus tersebut semua saran dan nasihat ditolaknya, nalar sehat pun akan terdepak oleh perasaan yang berlebihan.

Saudariku, lantas salahkah ketika seorang akhwat jatuh cinta? Saya tidak akan menyalahkan sepenuhnya, tapi yang perlu digarisbawahi adalah dia harus bertanggung jawab sendiri jika kemudian cinta menjadi kesakitan karena dijatuhkan…. Karena cinta memang sebuah fitrah yang diturunkan Alloh pada makhluk-Nya. Dan seringkali cinta datang tanpa undangan dan mengetuk pintu, tapi ia langsung nyelonong masuk ke hati (iya tho…?)

Sahabatku, ketika hatimu mulai tumbuh adanya perasaan cinta kepada ikhwan sesama aktivis dakwah, maka cobalah sekuat hati dan perasaanmu untuk mengendalikannya. Satu gerakan dakwah tidak menjadikan alasan bagi kita untuk mengumbar rasa kepada mereka. Disini kita dilatih untuk profesional dalam dakwah. Niat nementukan sucinya langkah kita.

Ukhti muslimah, memang sangat sulit datang rapat karena ‘dia’ rajin kegiatan hanya ingin ketemu ‘dia’. Wah… wah… aktiv dalam barisan dakwah dengan niat yang rendah. Bukan lagi lillah tapi lifulan. Jangan sampai dakwah ini dikotori oleh orang-orang yang numpang ini numpang itu bahkan numpang cari jodoh. Jangan sampai ukh!!!

Ukhti, saat cinta menggoda kita untuk tertarik kepada lawan jenis ada dua langkah kongkrit untuk mengatasinya. Nikah, itu yang pertama. Karena cinta memang fitrah sekaligus anugerah yang tak akan jadi berkah diluar pernikahan. Jika kita belum siap maka gejolak cinta itu harus kita atur segera! Karena jika tidak maka kita kan terperosok ke jurang kenistaan lanataran diperbudak oleh nafsu.

Ukhti, pikirkanlah tentang kerja-kerja dakwah yang banyak dan seabrek!! Banyak masalah umat yang membutuhkan sumbangan tenaga, pikkiran, waktu dan seluruh potensi yang kita miliki. Sedangkan kita hanya disibukkan dengan urusan ‘menata hati’ dan ‘bermain perasaan’ yang tak kunjung selesai! Renungkanlah ukhti!

Saudariku, nggak semua yang kita inginkan harus terpenuhi kecuali kalau kita mau dibilang egois. Tidak semua cita-cita itu harus terkabul, tidak semua yang kita suka itu pasti baik. Ukhti tentu masih ingat firmah Allah ta’aa:

“Boleh jadi kau membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqoroh: 216)

Ukhti, setiap helai daun yang jatuh telah tercatat sebagai takdir-Nya dan ada dalam kuasa Nya. Maka yakinlah akan semua yang Dia beri karena itulah yang terbaik. Meskipun tak selalu terlihat indah. Selamat berjuang ukhti!!!

Jalan dakwah masih panjang…penuh onak, duri, ujian dan rintangan. ALLOHU AKBAR !!!

*) Penulis adalah Staff Ahli HUMAS LDK STAIN Surakarta

SEBUAH LOGIKA HATI

oleh : Qalamul Islam

“Jika kita menghijrahkan cinta dari jatuh cinta menuju bangun cinta, maka cinta menjadi sebuah istana tinggi menggapai surga”

Kalimat di atas saya dapatkan dari sebuah poster bedah buku, yang kalau saya renungkan memang benar adanya. Saya pun teringat dengan sebuah kalimat (yang kalau tidak salah) saya baca dari novel “Ketika Cinta Bertasbih” kurang lebih begini bunyi kalimatnya, “Cinta sejati itu tidak mendholimi, cinta sejati hanya mengharap ridho Ilahi.”

Setelah itu saya mengajak diri kita masing-masing untuk sedikit merenung. Bahwa saat diri kita jatuh cinta, maka paling tidak kita mendholimi dua pihak. Pihak pertama tentunya adalah diri kita sendiri, yang karena ‘jatuh’ tentunya kita akan merasa sakit. Kita tentu tahu, andai sebuah gelas kaca jatuh dari atas meja, tentu gelas tersebut akan pecah. Saat anak kecil jatuh dari pohon yang dia panjat, tentu dia akan berteriak kesakitan dan menangis minta tolong.

Begitu pula hati. Saat hati terjatuh (atau kita jatuhkan), pasti hatipun akan sakit. Dan saat hati sakit, maka akan lebih sulit sembuhnya dari sekedar luka di luar tubuh kita. Bukan tidak mungkin hati akan mati sebagaimana pecahnya gelas kaca yang tidak mungkin disatukan kembali.

Pihak kedua yang didhoimi adalah orang yang kita ‘jatuhi’ cinta. Coba saja naik ke sebuah bangunan yang berlantai dua atau lebih. Ambil sesuatu lalu jatuhkan di atas kepala seseorang yang ada di lantai bawah. Tidak perlu dilempar, jatuhkan saja. Kalau batu yang kita jatuhkan kena, bisa pastikan seorang tersebut akan berdarah dan berteriak kesakitan. Sebuah logika yang sederhana dan cenderung ngawur, tapi saya yakin bisa kita jadikan sedikit renungan,. Sehingga kita bisa lebih hati-hati dalam membawa hati. Wallohul Musta’an

FATAMORGANA DEMOKRASI



Awaludin Mufti Efendi*)

Ayo boikot produk Kafir dan antek-anteknya….!!!!!!....ungkapan itu nyaris keluar dari setiap aktivis muslim ketika terjadi penyerangan kafir dan anteknya kepada dunia Islam. Namun sungguh ironis dan merupakan suatu kelalaian yang nyata, kalau ideology, paham, pemikiran atau apapun bahasanya yang dianut oleh kafir dan antek-anteknya tidak diboikot, bahkan dibiarkan hingga menjadi berhala yang dijaga, dipelihara dan disembah. Bahkan cinta kepadanya melebihi cintanya kepada Allah SWT karena lebih mengutamakannya. Ia adalah Demokrasi, sebuah kata yang tak asing lagi ditelinga setiap orang, yang menjadi tren pujaan hampir semua negara maju dan menjadi cita-cita negara berkembang serta sebagai indicator perkembangan politik suatu Negara bahkan menjadi "agama" baru yang dianut dunia.

Kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos/kratein yang berarti pemerintahan, sehingga demokrasi lebih dikenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sisitem pemerintahan suatu Negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga Negara) atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut. Istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM yang secara etimologi mempunyai akar bahasa asing Yunani yaitu hukum rakyat yang berarti rakyatlah yang berhak mengatur dirinya sendiri. System ini berdasar pada teori bahwa kekuasaan politik harus mencerminkan kehendak bangsa. Kehendak ini yang memberikan kekuasaan bagi pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan. Negara Yunani tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah system yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan pergantian masa, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18. bersamaan dengan perkembangan system demokrasi di banyak Negara.

Demokrasi menganut prinsip Trias Politica dari J. J Rosseau yaitu pembagian kekuasaan politik menjadi tiga yaitu eksekutf, yudikatif dan legeslatif. Princip ini muncul karena adanya kekuasaan absolute pemerintah yang seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan tidak mampu membentuk masyarakat yang adil dan beradab. Rosseau dengan bukunya Le Contret Social dianggap seperti injil oleh para pemimpin Revolusi Perancis, sebuah revolusi yang melahirkan dunia barat modern, yang jauh dari agama karena sejak awal munculnya demokrasi adalah ingin memberontak kepada agama yang pada waktu itu terjadi kesesatan dan penyelewengan didalamnya yang pada akhirnya membentuk ideology social pada masa itu bahwa agama harus berpisah diri dari pemerintahan. Namun ada pendahulunya yang lebih konkrit dan menyeluruh sebagai sebuah system pemerintahan atau politik dan bahkan sebagai dasar pijakan kehidupan atau kehidupan itu sendiri. Ia adalah Islam sebagaimana yang diakui oleh seluruh manusia muslim maupun kafir. Kecuali segelintir orang yang mengatasnamakan diri mereka sebagai pembaharu. Para orientalis pun mengakui bahwa Islam bukan hanya semata agama namun sebagai system politik (Fitzgerald), Negara (Nallino), teori perundang-undangan dan politik (Schacht), berdirinya sebuah masyarakat yang independent yang mempunyai system pemerintahan, perundang-undangan dan institusi (Gibb). Pendapat-pendapat ini semuanya berasal dari para orientalis, sehingga amat sangat disayangkan jika aktivis muslim lebih mementingkan demokrasi daripada system Islam. Apakah aktivis muslim sudah kehilangan tauhidnya?

Demokrasi merupakan perselisihan yang terjadi pada inti aqidah, dimana agama dibangun diatasnya. Perselisihan ini –sejarah mencatat- disebabkan kelalaian (tafrith) atau tidak mengerti terhadap masalah yang telah ditetapkan oleh nash atau karena berlebihan (ifrath) dan melampoi batas (Ghuluw) terhadap yang telah ditetapkan oleh Nash yaitu dengan menambah makna syar'I yang ada atau menambahi jumlahnya atau dengan menggabungkan hukum dan syariat yang baru dan buatan sendiri ke dalam nash-nash yang tetap dalam syariat. Sungguh amat sangat murahan jika Islam digadaikan bahkan digantikan oleh sampah fatamorgana demokrasi. Memimpikan sebuah Negara modern berdasarkan anagan-angan. Bahkan di Barat sendiri tidak ada consensus yang pasti tentang makna dan bagaimana demokrasi itu bisa diterapkan sebagai sebuah model system pemerintahan yang paling ideal. Tidak ada kesepakatan antara kaum teoritis dan praktis apakah demokrasi memang benar sebuah bentuk pemerintahan atau hanya merupakan terma yang digunakan untuk menggambarkan suatu masyarakat sebagai masyarakat yang menganut nilai-nilai demokrasi. Masihkah aktivis muslim menerima sesuatu yang tidak ada kejelasan dan kepastian?

Dalam sejarah tidak pernah tercatat meski dengan tinta getah bunga bangkai sekalipun bahwa demokrasi tegak berdiri bagaikan gunung yang kokoh. Kontrak social (politik) yang dicetuskan oleh JJ Roseau tidak lebih dari sebuah hipotesis kerena dia memformulasikan teori kontraknya berdasarkan kondisi yang dia bayangkan pada abad-abad yang lalu. Dan tidak ada bukti sejarah yang mendukungnya. Sedangkan teori kontrak Islam berdasarkan pada masa lalu yang bersejarah yang benar-benar ada dan terjadi. Banyak aktivis muslim mengatasnamakan rakyat (yang merupakan inti dasar setiap kekuasaan, dalam berideologi maupun berkehendak. Mereka adalah tuan bagi diri mereka sendiri) dalam setiap kampanyenya, namun pada kenyataanya bukan rakyat tapi hanyalah kepentingan segelintir orang saja. Karena rakyat adalah kumpulan manusia yang terbatas pada lingkup territorial, geografis tertentu yang disatukan oleh ras, darah, bahasa, tradisi dll. Sangat jauh berbeda dengan umat yang merupakan kumpulan manusia dengan ikatan tempat, darah, bahasa dan yang paling utama adalah ikatan Aqidah shahihah. Hal ini sering dan mungkin sengaja dinafikan oleh aktivis muslim, sehingga mereka menganggap sama antara rakyat dan umat.

Maka dalam system demokrasi dikenal adanya partai dimana sekelompok manusia yang dikumpulkan oleh kepentingan bersama, atau kemaslahatan menyeluruh yang didasari ikatan keyakinan maupun keimanan atau ats dasar kekufuran dan kefasikan serta kemaksiatan atau atas dasar ikatan tanah kelahiran atau kabilah dan nasab tertentu atau karena profesi dan bahasa atau apa saja bentuknya dari berbagai ikatan maupun sifat kemaslahatan yang mengharuskan manusia berkumpul atasnya dan mendukungnya. Tanpa memperhatikan dasar yang fundamental yaitu tauhid. Membiarkan pluralisme berkembang dalam tubuh muslim dengan dalil persatuan dan kesatuan. Dengan adanya multi partai, niscaya terdapat tatanan social yang saling bertentangan. Perpecahan menjadi asas dasar dari kepartaian yang seharusnya dihindari oleh muslim, akan tetapi malah sebaliknya. Bahkan orang yang memecah belah agama (mengganti dengan mengimani sebagian dan mengkafiri sebagian) dan mereka menjadi beberapa golongan adalah bentuk kemusyrikan (Al Ruum 31-32). Partai juga dibangun atas dasar ambisi dan pesaingan.

Apakah kita takut dijuluki "teroris" karena anti demokrasi? Dan kemudian kita membelanya sampai mati? Sejarah Iran telah menggambarkan bahwa para pelajar mati saat membela demokrasi. Dan ini merupakan kesuksesan besar Wosington dalam menciptakan generasi yang siap mempertahankan demokrasi hingga mati. Dan keberhasilanya dalam meniupkan apa yang disebut pembaharuan dalam Islam yang berujung pada membongkar fondasi dan struktur bangunan agama. Tugas renovator (pembaharu) adalah memperjelas yang kabur dan menjernihkan yang keruh, mengangkat yang terabaiakan dan memurnikan yang tercemar. Namun mereka mencuci otak setiap muslim dengan racun ideology (termasuk demokrasi) yang bertentangan dengan Islam. Perang pemikiran ini bukan perang dalam dataran ijtihadi (sebagaimana yang diakui oleh sebagain ulama) namun ini adalah perang ideology, keyakinan, keimanan antara yang hak dan batil, antara yang ma'ruf dan munkar. Dan tidak ada peperangan dalam Islam kecuali karena aqidah sebagaimana yang terjasi dalam sirah nabawiyah.

Sebuah kesalahan yang sangat fatal jika Islam disamakan atau bahkan diidentikan dengan demokrasi. Ada tiga hal yang sangat penting untuk diketahui sebagai perbedaan yang sanat fundamental, yaitu

1. Rakyat atau bangsa

Rakyat dalam demokrasi adalah rakyat yang terbatas pada lingkup wilayah territorial geografis, yang hidup dalam suatu daerah tertentu dan disatukan oleh ikatan-ikatan darah, ras, bahasa, dan tradisi yang sama. Artinya demokrasi adalah sinonim-secara pasti-dengan pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang dipenuhi kecenderungan fanatisme kelompok. Sedangkan menurut Islam, umat adalah kumpulan yang disatukan bukan oleh kesatuan tempat, darah, atau bahasa, karena itu adalah ikatan sintetik, sementara dan sekunder, ikatan yang utama adalah kesatuan aqidah atau dalam pemikiran dan emosi.

2. Tujuan

Tujuan demokrasi adalah kehidupan dunia dan materi. Namun tujuan Islam adalah kemaslahatan dunia dan akhirat.

3. Kekuasaan rakyat

Kekuasaan rakyat dalam demokrasi adalah mutlak. Rakyat yang menetapkan undang-undang dan menghapusnya. Keputusan yang dikeluarkan majlis menjadi hukum yang harus ditaati sekalipun melanggar aturan moral atau bertentangan dengan kepentingan universal manusia. Sedangkan kekuasaan mutlak dalam Islam hanya milik Allah SWT. Kekuasaan rakyat terikat oleh syari'at Allah sehingga seseorang tidak bisa berbuat sewenang-wenang.

Sebagai uraian akhir, Islam akan hilang dari tubuh seorang muslim bersama hilangnya ideology Islam ketika ideology lain (demokrasi-pemilu-hizbiyah (partai) dan yang berhubungan denganya) sudah menjadi dasar berpijak pemikiranya. Maka solusi bagi fatamorgana ini adalah revolusi yang fundamental dalam tubuh muslim dari system demokrasi (pemilu dll) menjadi system Islam, boikot seluruh ideology kafir (demokrasi dll) dalam tubuh umat Islam, eksplorasi solusi konstruktif edukatif dari system Islam untuk permasalahan global (dunia) dan jangan gadaikan ideology Islam dengan ideology hizbiyah kafir laknatullah. Wa Allahu a'lam Bi al Shawab

Maraji:

Al Hakayamah, Muhammad Khalil, 2008, Usthurah Al Wahm, Kasyf Al Qina''an Al Istikhbarat Al Amrikiyyah Al Qaeda Membongkar Intelijen Amerika, alih bahasa Irwan Raihan, Solo: Media Islamika

Al Imam, Asy Syaikh Muhammad Bin 'Abdillah, 2009, TanwirAzh Zhulumat Bi Kasyfi Mafasid wa Syubuhat al Inyikhabat Menggugat Demokrasi dan Pemilu Menyingkap Borok-Borok Pemilu Dan Membantah Syubuhat Para Pemujanya, alih bahasa Abu MUqbil Ahmad Yuswaji dan Abu Nizar Arif Mufid, Banyumas: Pustaka Salafiyah

Al Maqdisi, Syeikh Abu Muhammad Ashim, 2008, Ad Dimuqrathiyah dinun Agama Demokrasi, alih bahasa Abu Musa Ath Thayar, Klaten: Kafayeh

Al Mubarakfuri, Syaikh Syafiyurrahman, 2008, Al Ahzab As Syiyasiyah Fil Islam Islam dan Partai Politik Membedah system Politik dan Demokrasi, alih bahasa Ahmad Mulyono, Jakarta: Pustaka At Tazkia

Arif, Syamsuddin, DR., 2008, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani

Black, Anthony, 2006, The History Of Islamic Political Thought: From The Prophet to The Present Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi HIngga Masa kini, alih bahasa Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati, Jakarta: Serambi

Grey, Jerry D, 2007, Demokrasi Barbar Ala Amerika, Depok: Sinergi

Ibn Katsir, Abu Fida, 2006, Tafsir Al Qur'an Al 'Adhim, Lebanon: Daar al Kutub al 'Alamiah

Jaiz, Hartono Ahmad, 2003, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia,Jakarta: Pustaka Kautsar

Rais, M. Dhiaudin, DR., 2001, Al Nadhariyat Al Syiyasiyah Al Islamiyah Teori Politik Islam, Jakarata: Gema insani pereess

Saikal, Amin, 2006, Islam and West, conflik, or coperatian Islam dan Barat Konflik atau kerjasama, alih bahasa Abdul Halim Mahalli, Jakarta: Sanabil puastaka

*)Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo Sukoharjo

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda