Memahami diri sendiri merupakan sesuatu hal yang perlu kita lakukan sebelum melakukan segala sesuatu. Mengerti akan peran dan fungsi merupakan syarat mutlak tercapainya tujuan secara optimal. Kita harus menyadari posisi kita sebelum melakukan segala sesuatu. Nah, Saat ini kita berada pada masa yang sangat penting dalam hidup kita yaitu masa muda dan para pelaku masa ini disebut dengan pemuda. Pada setiap zamannya pemuda memegang peranan penting dalam perubahan kaumnya. Para pemuda yang sukses pada masa mudanya antara lain Rasulullah s.a.w. menjadi pemuda terpercaya, Nabi Yusuf a.s. dengan keberhasilannya menata mesir menjadi Negara yang makmur, pemuda Kahfi (Q.S. 18: 9-26) yang berjuang menegakkan Islam, para golongan muda Rengasdengklok yang mendesak golongan tua untuk segera mengumumkan kemerdekaan sehingga kita mereguknya sampai sekarang, bahkan kemudian Soekarno pun berani berkata “berilah aku 10 pemuda maka akan aku guncang dunia”.
Kembali ke pembahasan awal tentang posisi kita saat ini. Lebih spesifik lagi, bahwa posisi kita sekarang adalah sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa merupakan bagian dari pemuda yang tercerahkan, karena memiliki kemampuan intelektual. Dan juga memiliki karakter idealis-energik. Idealis berarti mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dia anggap terbaik, tanpa adanya resistansi yang lebih besar. Sedangkan energik berarti mahasiswa selalu siap sedia melakukan kewajiban pembelaannya ketika dia telah meyakini kebenaran suatu ideologi. Dan ideologi yang kita pegang saat ini adalah ideologi Islam
ad-diinu asy-syamil. Berdasarkan survey dari sekitar 5 milyar penduduk bumi, hanya 1 milyar yang memeluk Islam. Dari sekian banyak pemeluk Islam, hanya sekitar 5 % yang menjadi mahasiswa. Dan dari sekian mahasiswa muslim, hanya puluhan atau mungkin ratusan yang tertarik mengikuti kajian, atau membaca tulisan bertemakan peran mahasiswa Islam sebagai agen perubahan (http://blog.um.ac.id). Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yang sedikit itu. Amiin.
Adapun peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa dengan ideologi Islam adalah:
1. Peran dan fungsi da’wiyah sebagai benteng moral atau moral credibility. Mahasiswa muslim dengan ke-Islamannya menjadi manusia berkepribadian Islam yang hidup ditengah masyarakat kampus dan menyebarkannya kepada yang lainnya. Dengan berpagar pada prinsip, nilai dan norma Islam, pribadi–pribadi ini hidup bersama dan berjalan dalam lingkungan kampus, hingga tercipta kampus yang Islami.
2. Peran dan fungsi intellectual sebagai iron stock (cadangan keras) (Intelectual credibility). Mahasiswa adalah orang-orang yang mencari ilmu di bangku kuliah. Ini merupakan misi asasi ketika seseorang memasuki dunia kampus. Sehingga budaya, kebiasaan dan cara berfikirnya pun disinergikan dengan berbagai hal yang melingkupinya sebagai kaum intelek. Mahasiswa bersifat cerdas, objektif , argumentatif, ilmiah dan semangat berprestasi.
3. Peran dan fungsi siyasiyah sebagai agen perubahan (Social Political Crediblity). Kampus dan mahasiswa memiliki peran sebagai jembatan sosial dan balancing power. Gerakan mahasiswa mengambil peran sebagai ‘oposisi’ bagi kekuasaan zalim dengan ciri dan gayanya yang khas. Dalam kondisi yang demikian mahsiswa Islam mengambil perannya dalam menjembatani ketimpangan sosial tersebut , dan menjadi penyeimbang kekuasaan melalui gerakan kemahasiswaannya. Dengan kata lain mahasiswa dengan ideologi Islam memiliki visi dan misi perubahan kearah yang lebih baik serta berpihak kepada ummat.
Nah! setelah kita tahu peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa Islam maka yang perlu kita lakukan adalah bergerak. Salah satu contohnya adalah mengikutkan diri pada kegiatan-kegiatan di kampus. Apapun kegiatan kampus yang kita lakukan, kita usahakan untuk selalu berada dalam koridor Islam. Mahasiswa Islam harus selalu sensitif terhadap segala perbuatan yang mengarah kepada ajaran taghut, selalu berhati-hati dalam bertindak dan memutuskan. Perbuatan yang dapat mengotori aqidah seperti pergaulan bebas putra dan putri, budaya konsumeristik, dan pengedepanan amarah dalam penyelesaiana masalah akan terus kita hindari untuk diganti dengan penjagaan pergaulan yang mengindahkan batasan-batasan syariat, budaya visioner dan mengedepankan akal sehat dan musyawarah dalam penyelesaian masalah.