Palestina Kita : Komentar & Jawaban Fakta Quran



oleh: Ustadz Hatta Syamsuddin, LC

Alhamdulillah, tidak menyangka setelah saya posting " Fakta Quran tentang Konflik Palestina" di blog, dan terlebih setelah di muat di situs eramuslim.com , ternyata banyak komentar yang masuk, baik di eramuslim, blog, maupun juga via imel saya. Padahal sejujurnya, tulisan itu tak lebih dari ungkapan hati dan keinginan untuk berkontribusi sedikit dalam membantu saudara kita di Palestina.

Banyak komentar yang senada, mendukung dan ikut prihatin dengan apa yang terjadi di Palestina. Mengecam mereka yang memposisikan diri sebagai pembela Israel, sekaligus mengajak untuk intropeksi tentang kelemahan umat muslim, dan berusaha memperbaikinya dengan dakwah dan menyatukan ukhuwah. Subhanallah, saya yakin komentar-komentar dalam rangka memotivasi dan menasehati tersebut -insya Allah- bernilai pahala di sisi Allah SWT.

Tentu saja ada komentar yang terlihat tidak setuju, sinis, dengan apa yang saya tulis. Saya tetap menghargai apa yang mereka tuliskan, karena itu adalah sebuah cara pandang lain yang pasti ada dalam menyikapi segala sesuatu di dunia ini.

Khusus untuk Anda, pembaca blog yang sengaja atau cuma tersesat di mesin search engine lalu mampir di sini, saya ingin memuat salah satu kritikan yang dikirim via imel saya, dan tentu saja plus komentar susulan atau jawaban dari saya. Semoga bermanfaat.

Bapak WJ menulis :

Hanya lantaran ANda itu seorang muslim, dalam menulis artikel itu, unsur subyektifitas dan berat sebelah itu sangat dominan, 100%. Bapak menyalahkan Israel. Bapak menyalahkan dunia internasional yg tak berbuat apa2.

Kalau Israel mau membabi buta membatai rakyat sipil Gaza seperti yg dilakukan oleh Hamas terhadap warga sipil Israel maka dalam sekejap sja Gaza sudah rata dengan tanah. Kalau terdapat banyak korban sipil di pihak warga Gaza, itu lantaran Hamas itu pengecut, menggunakan warga sipil sebagai tameng.

Padahal Israel melakukan semua itu karena ulah kelompok2 mujahidin Hamas dan lain2nya yg terus menerus menembaki roket dari wilayah Gaza ke wilayah Israel yg menewaskan warga sipil Israel dan merusak harta benda warga tersebut. Kalau roket Qasam (atau apalah namanya) itu tidak ditembakkan ke wilayah Israel, apakah Israel sembarangan melakukan embargo dan aksi2 militer lainnya ke Gaza? Saya yakin tidak. Kalau Israel melakukannya tanpa suatu alasan apapun, sayapun merupakan salah satu yg akan mengutuk Israel. Tapi kenyataannya sangat tidak demikian. Kita sebagai manusia – saya nggak tau kalau kaum muslimin seperti Bapak ini – mempunyai rasa simpati kalau warga sipil Israel menjadi bulan2an serangan roket Qasam. Saya yakin kaum muslimin seperti Anda ini, pasti gembira melihat warga Israel yg menjadi korban serangan roket Qasam. Makanya, dunia internasional, kecuali negara2 Islam, tidak mempunyai simpati terhadap warga Gaza.

Yang anehnya kalian kaum muslimin masih mengklaim kemenangan. Kemenangan macam apa? Hamas itu sebenarnya sudah tamat riwayatnya. Dengan serangan ke Gaza ini, Hamas itu sudah mendapatkan hantaman telak yg sebenarnya sangat jauh diluar dugaan kalau serangan Israel itu sehebat ini. Para pemimpin Hamas pada bersembunyi entah dimana nggak kelihatan batang hidungnya. Sebut saja Ismail Haniyah dan Mahmoud Zahar. Dimana mereka sekarang. Secara politik Hamas alah telak. Secara militer apa lagi. Dengan perjanjian gencatan sejata kali ini dimana Hamas sudah dilarang untuk mempersenjatai diri – ini adalah kekalahan telak bagi Hamas – walau sulit untuk dijamin bahwa penrjanjian gencatan senjata ini tidak akan dilanggar Hamas. Kalau Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata maka sudah pasti Israel akan menyerang lagi.

Sekian

WJ

Jawaban saya :

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas komentar dan kritikan Bapak, semoga itu bisa memotivasi saya untuk menulis dengan lebih objektif di kesempatan yang akan datang.

Adapun terhadap komentar & kritikan Bapak, perkenankan saya menjawab seperlunya dan singkat, karena saya yakin Bapak juga 'lebih tahu' tentang jawaban saya.

Pertama, tentang subjektifitas.

Apa yang saya paparkan itu sebenarnya tidak lebih dari realita yang semua orang tangkap dari pemberitaan media massa di hari-hari serangan Israel ini. Bukan saya pribadi, tapi coba Bapak lihat di media nasional bahkan internasional, sangat banyak dan bahkan hampir semuanya mencerca dan menyalahkan Israel. Bukan hanya dari dunia islam, bahkan juga negara-negara Amerika Latin (Venezeula). Nah, jika tulisan saya yang menyalahkan israel dianggap subjektif, berarti Bapak juga menuduh semua media internasional ini subjektif ? Kalo Bapak tetap merasa objektif dengan pendapat Bapak, silahkan saja. Tapi saya juga berhak untuk mengatakan bahwa tulisan Bapak juga tidak kalah subjektifnya bukan ?

Kedua, tentang serangan israel adalah balasan dari roket-roket hamas yang menggempur kota-kota di selatan Israel.

Untuk meluruskan ini, silahkan Bapak lihat lebih jernih sejarah konflik di Palestina dengan lebih jernih dan lebih luas. Yahudi dan Islam selama 800 tahun hidup berdampingan dalam pemerintahan Turki Usmani, setelah datang penjajahan Inggris, yang dilanjutkan dengan berdirinya negara Israel, Bapak tahu apa yang terjadi ? Kedamaian itu segera punah, karena keserakahan Zionis Israel dalam mencaplok tanah palestina. Tahun demi tahun kita menyaksikan tanah palestina semakin sempit, bukan cuma tanah, sudah puluhan ribu jiwa juga telah melayang dalam penjajahan Israel. Belum lagi tercatat betapa banyak pemimpin2 palestina yang ditangkap bahkan dibunuh oleh Israel. Belum lagi kejadian terakhir dengan blokade ekonomi & fasilitas layanan umum seperti listrik, telepon dan air. Nah, setelah itu semua siapa sebenarnya yang layak untuk membalas, Israel atau Palestina.

Bapak juga menuliskan bahwa " warga sipil Israel menjadi bulan-bulanan roket Hamas ", semoga Bapak tidak lupa berapa perbandingan jumlah korban sipil dan kerusakan yang sangat tidak seimbang antara kedua belah pihak. Jika Bapak katakan israel menjadi bulan-bulanan roket Israel, apa yang Bapak katakan tentang roket-roket Hamasl, Bom-bom cluster, tembakan meriam tank, bahkan bom fosfor yang diarahkan ke gaza ?
Mungkin menurut Bapak itu hanya sekedar tembakan peringatan, dan tembakan balasan yang sudah sewajarnya Israel lakukan. Bukan demikian ?
Bahkan jika dikatakan itu serangan balasan, sungguh balasan yang tidak kesatria.

Ketiga, tentang kemenangan Hamas.

Sah-sah saja Hamas mengklaim memenangkan peperangan ini. Pertana, Jika dilihat dari perbandingan kekuatan militer kedua belah pihak yang sangat tidak sepadan, maka kemampuan HAMAS untuk terus bertahan dan bahkan terus melawan pantang menyerah, sudah sangat pantas disebut Kemenangan.Kedua, dalam teori peperangan yang paling primitif pun, pihak yang lebih dahulu meninggalkan medan perang, sudah cukup untuk disebut sebagai pihak yang kalah. Lihat saja kasus pendudukan Amerika di Vietnam, begitu pula Uni Soviet di Afghanistan.

Keempat, ajakan untuk sedikit merenung

mari sama-sama kita sadari bahwa negara kita Indonesia, pernah dalam kondisi terjajah sebagaimana Palestina saat ini. Banyak sudah pahlawan kita yang berjuang dan berguguran membela sejengkal tanah bangsa ini. Maka, apakah tidak ada sedikit simpati Bapak -atas nama kemanusiaan- kepada mereka yang juga tengah berjuang mempertahankan Palestina dan memperjuangkan kemerdekaannya ? Apa yang Bapak lakukan jika Indonesia ini juga di serang oleh Amerika, Australia atau SIngapura misalnya ? diam, setuju, dan pasrah begitu saja. Tidak saya yakin Bapak juga akan ikut terlibat berjuang membela bangsa ini, sesuai dengan kemampuan yang Bapak punya.

Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita semua. Mohon maaf jika jawaban ini masih belum memuaskan. Sekali lagi terimakasih atas sharingnya.

Palestina Kita : Fakta Quran tentang Konflik Palestina


Oleh : Ustadz Hatta Syamsuddin, LC, el-Qudsy



Sudah lebih tiga pekan serangan zionis Israel ke wilayah Gaza, belum ada tanda-tanda pembantaian ini akan segera berakhir. Hingga hari ini (17/1) setidaknya tercatat lebih dari 1100-an jiwa melayang dan lima ribuan yang lainnya luka-luka. Mungkin banyak air mata yang mulai mengering, telinga menjadi panas, dan hati serasa jenuh mendengar pemberitaan korban di Gaza yang terus bertambah. Tapi kita memang harus terus bicara tentang Palestina. Kita harus terus menyuarakan kegelisahan kita, menyampaikan kepedulian kita, atau setidaknya meneriakkan jeritan hati kita melalui takbir dan doa-doa yang terlantunkan.

Tidak boleh ada perasaan bosan saat mendengar berita Palestina. Tidak boleh kita berputus asa dalam melantunkan doa-doa untuk saudara kita disana. Tidak boleh merasa doa kita sia-sia. Tidak boleh pula kita mengira bahwa zionis Israel akan dibiarkan dengan kesombongannya begitu saja. Karena Allah SWT berfirman : " Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak ( QS Ibrahim 42)

Hari ini kita melihat pemberitaan yang begitu beragam tentang fakta-fakta yang terjadi di Palestina. Ada yang mengutuk kekejian Israel, ada pula yang memprotes keangkuhan Amerika, Ada pula yang mengkritik pemimpin Arab yang 'jubana' (pengecut), bahkan ada pula yang tetap konsisten memberitakan Hamas sebagai teroris dan biang kerok semua permasalahan ini. Semuanya begitu kompleks dan membingungkan, sehingga banyak orang yang begitu bersedih dan berempati dengan pemandangan gambar-gambar korban dan ledakan, namun sedikit yang mengetahui hakikat permasalahan dan fakta yang shohih di Palestina.

Karenanya, kita perlu memetakan lebih jelas tentang permasalahan Palestina. Saya ingin mengungkapkan fakta-fakta dalam al-Quran dalam memetakan masalah ini. Bahwasanya Al-Quran jauh-jauh hari telah menggambarkan fakta-fakta yang terjadi hari ini di Palestina melalui ayat-ayatnya yang mulia.
Ini semua penting agar kita bisa berpikir lebih mendalam, lebih strategis dan lebih fokus dalam menyusun langkah kontribusi kita untuk Palestina. Agar kita tidak reaktif dan mudah terkejut, dan selalu shock dalam mendengar pemberitaan masalah Palestina.

Berikut fakta-fakta yang telah digambarkan Al-Quran, dan sekarang terjadi begitu nyata di Palestina.

Fakta 1 : Adanya Yahudi yang Sadis & Bengis terhadap orang muslim, serta senantiasa melanggar perjanjian

Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik".(Al-Maidah 82).

Ketika Al-Quran 14abad yang lalu telah jelas menyatakan fakta bahwa Yahudi menyimpan permusuhan yang amat keras terhadap umat Islam, maka hari ini kita menyaksikan dengan jelas gambaran permusuhan itu begitu nyata di depan mata kita. Jika 'sekedar' menghitung angka korban jiwa dan luka-luka mungkin belum mewakili gambaran kebuasan mereka. Ada gambaran yang lebih buas dari hitungan angka-angka, saat Shadr seorang perempuan kecil berumur 4 tahun harus tewas menyongsong peluru tentara Israel di dadanya. Bahkan sang ayah tidak bisa menyelamatkan jasad putrinya, karena beberapa detik berikutnya datang sekumpulan anjing-anjing pelacak Israel untuk segera menyantap si kecil yang syahid itu. Seolah-olah tentara Israel itu memang membidikkan pelurunya untuk berburu makanan bagi anjing peliharaannya. Gambaran lain tak kalah mengerikannya adalah saat tubuh-tubuh yang tak bernyawa di tengah jalan harus remuk terlindas oleh tank-tank zionis yang bergerak memasuki gaza. Begitu pula penggunaan senjata fosfor putih oleh tentara Israel yang tidak pernah ditemukan dalam kamus kekejaman bangsa lainnya. Adakah kebiadabaan manusia yang melebihi gambaran di atas ? Fakta Al-Quran tentang kebengisan Yahudi ini membuat kita sadar, bagaimana cara terbaik menghadapi Zionis Israel.

Kemudian dalam ayat yang lain Allah SWT memberitahukan kepada Rasulullah SAW tentang karakter Yahudi : " (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya"). (Al-Anfal 56). Inilah fakta lain tentang Yahudi yang sudah diungkapkan Al-Quran sejak awal risalah Islam. Karenanya akan sangat aneh jika masih ada pemimpin Islam yang berharap banyak untuk mengadakan perjanjian dengan Israel, seolah-olah lupa dengan Fakta Quran dan fakta sejarah kenabian. Jika kita membaca ulang sejarah Yahudi dalam Siroh Nabawiyah, maka akan ada kesimpulan utuh bahwa sejarah Yahudi adalah sejarah pembangkangan dan penghianatan.

Fakta 2 : Adanya kaum muslimin yang terusir dan terbunuh di Palestina karena keyakinan mereka berislam.

Allah SWT berfirman : .. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." (QS Haj 40)

Al-Quran begitu jelas menggambarkan fakta adanya orang-orang yang terusir dan teraniaya 'hanya' karena mereka teguh memegang aqidah mereka. Penderitaan penduduk Palestina hari ini –dan sejak setengah abad yang lampau- adalah bukti riil fakta al-Quran di atas. Mereka teguh dengan agama mereka, yakin dengan kemuliaan Islam, karenanya mereka tidak rela Masjid Al-Aqsho dikuasai Zionis Israel. Maka merekapun bertahan, merekapun melawan, mempertahankan sejengkal tanah kemuliaan Islam dari jajahan zionis. Karena semua alasan mulia itulah hari ini banyak warga Palestina meregang nyawa.

Fakta 3 : Adanya Skenario Global di balik konflik Palestina .

Allah SWT berfirman : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka (Al Baqoroh 120)

Dibalik fakta keangkuhan Israel hari ini, adalah karena adanya dukungan setia Amerika. Bahkan kita lihat titik balik keberadaan negara Israel di Palestina, adalah karena kebaikan hati Inggris kepada kaum Yahudi, sekaligus kebencian mereka terhadap Islam. Dua negara besar ini selalu konsisten mendukung Zionis Israel. Bukan hanya teknis persenjataan yang selalu disuplai, tetapi juga kebijakan-kebijakan perdamaian dan juga ' pengkhianatan' perdamaian yang selalu diamankan oleh Amerika. Resolusi PBB untuk gencatan senjata sepekan lalu –dengan abstainnya Amerika- adalah salah satu keajaiban dunia yang menyalahi sejarah konsistensi dukungan Amerika terhadap Israel. Biasanya Amerika akan dengan mudah memveto setiap kebijakan yang merugikan zionis, adik tirinya tersebut. Tapi tidak ada yang berubah dari Amerika, berita hari ini menyebutkan pertemuan dua Menlu AS-Israel ; Condolize Reece dan Tzipi Livni yang mengukuhkan kesepakatan untuk menghalangi sekuat tenaga masuknya dukungan persenjataan ke Palestina. Jadi, tidak ada yang salah dengan fakta Al-Quran.

Fakta 4 : Adanya Benih-benih kemunafikan yang mengganggu perjuangan Jihad

Allah SWT berfirman : Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu…"(Al-Hasyr 11)

Fakta Al-Quran dan juga fakta sejarah kenabian selalu mengingatkan kita adanya bahaya dari dalam. Jangankan hari ini saat umat Islam dalam kondisi lemah dan terpecah, bahkan di barisan pasukan Rasulullah SAW di Madinah pun bercokol sekelompok munafik yang terus aktif menghasut dan menghancurkan kaum muslimin dari dalam. Masih ingat bukan peperangan Uhud, saat 300 dari 1000 pasukan rasulullah SAW membelot mundur ke Madinah karena kecewa dengan keputusan Rasulullah SAW ? Maka hari ini kita menyaksikan adanya dua negara arab besar yang memboikot KTT darurat Liga Arab di Dhoha, Qatar yang sedianya direncanakan menghasilkan keputusan yang 'keras' dan efektif untuk menghentikan kebiadaban Israel. Adakah ungkapan yang lebih halus untuk mengganti kata 'kemunafikan' bagi kedua bangsa tersebut ?.

Belum lagi masalah perbatasan Rafah yang masih saja ditutup oleh pemerintah Mesir. Sehingga dukungan kemanusiaan, apalagi mujahidin dan persenjataan tidak bisa menjangkau Gaza. Kisahnya sangat berkebalikan dengan yang terjadi di Afghanistan saat melawan Uni Soviet duapuluh tahun yang lampau, saat Pakistan membuka perbatasannya untuk masuknya mujahidin dan persenjataanya ke Afhanistan. Hari ini pemerintah Mesir menjadi 'bemper' pelindung Zionis Israel dari masuknya solidaritas muslim internasional. Begitu pula saat bicara dengan pemimpin-pemimpin Arab, Husni Mubarok sekuat tenaga meyakinkan teman-temannya untuk tetap lunak pada Israel. Tanpa sadar, nampaknya presiden 'Husni Mubarok' ingin mengulangi kelakuan Abdullah bin Ubay yang mati-matian membela Yahudi Bani Qainuqo' saat Rasulullah SAW akan memberikan sanksi atas pengkhianatan yang mereka lakukan pada konstitusi Madinah. Nah, adakah ungkapan yang lebih halus dari 'kemunafikan' untuk menggambarkan sikap tersebut ?

Fakta 5 : Ada banyak kaum banyak kaum muslimin lemah tidak berdaya

Ada perubahan besar terjadi pada gaya hidup sebagian besar kaum muslimin paska tumbangnya kekhalifahan Utsmaniyah di Turki. Banyak negara muslimin dijajah oleh negara-negara Barat dan penduduknya pun mulai mengadopsi pemikiran dan gaya hidup Barat yang materialis. Akibatnya, cinta harta dan dunia mulai mengakar dalam kehidupan kaum muslimin. Pada saat itulah, jihad yang membentengi kemuliaan Islam mulai tergerogoti. Al-Quran telah menggambarkan fakta tersebut dengan jelas . Allah SWT berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit (At-Taubah 38)

Kelemahan inilah yang segera ditangkap oleh musuh-musuh Islam. Mereka kini lebih berani dalam menganiaya dan menginjak-injak negeri Islam karena merasa 'aman' dengan lemahnya semangat kaum muslimin dalam berjihad. Lihat saja penyerangan secara sistematis pada negeri muslim dalam dua warsa terakhir ini. Dari mulai Afghanistan, Irak, Palestina, hingga negara-negara yang masuk dalam daftar tunggu penyerangan seperti ; Iran, Sudan dan Suriah.

Gambaran seperti inilah yang juga terjadi di Palestina, keangkuhan Israel dalam membombardir Palestina dengan penuh percaya diri, salah satunya karena mereka yakin tidak ada satu negara muslim pun yang berani mengirimkan pasukannya membela Palestina atas nama jihad. Negara-negara muslim dalam kondisi lemah dan takut menghadapi balasan Amerika dan sekutunya face to face. Akhirnya Israel melenggang begitu nyamannya dalam menebar bom cluster di bumi Palestina. Tidak ada pembelaan dari negara-negara muslim tetangganya. Hizbullah Libanon pun malu-malu untuk mengirimkan roketnya ke wilayah Israel. Bahkan Iran yang sempat 'berkoar-koar' pun belum sekalipun mengarahkan roketnya ke Israel. Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Mujahid pun harus berdiam diri karena sibuk dengan konflik Darfur yang juga disutradari Amerika.

Inilah kenyataan hari ini, dan ini pulalah yang sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, bahwa umat Islam akan menjadi santapan bangsa-bangsa lain di akhir zaman. Bukan karena jumlah mereka yang sedikit, bahkan banyak, tapi bagaikan buih yang terombang ambing lemah tak berdaya. Semua ini karena umat Islam terjangkiti sindrom wahn, yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW : " Cinta dunia dan takut mati " (HR Abu Daud)

Fakta 6 : Ada kelompok yang senantiasa mengusung tinggi jihad untuk menegakkan kalimatullah tanpa ragu dan gentar.

Allah SWT berfirman : Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya) (QS Al Ahzab 23).

Al-Quran menyebutkan fakta akan adanya golongan yang senantiasa 'setia' untuk memperjuangkan kejayaan Islam. Bahkan meskipun diantara mereka banyak yang telah berguguran, tidak sedikitpun membuat komitmen mereka untuk berjihad mundur dan luntur. Hari ini tidak bisa dipungkiri bahwa Hamas tampil sebagai gambaran riil fakta Al-Quran tersebut. Tuduhan organisasi teroris tidak membuatnya gentar sejengkalpun. Pemborbardiran Zionis Israel disambut dengan perlawanan sekuat tenaga. Petinggi Hamas Kholid Meshal dalam banyak kesempatan senantiasa mengulang-ulang sikap Hamas yang tidak akan mundur dalam mempertahankan Gaza.

Logika mana yang bisa menjelaskan Hamas yang awalnya adalah sebuah organisasi massa Islam, kini bertarung dengan gagah melawan Zionis Israel yang mempunyai kekuatan militer terkuat di Timur Tengah ? . Kesimpulan paling mudah yang kita tangkap adalah ' konsistensi' Hamas dalam berjihad, itulah yang membuat mereka tetap eksis dan terus melawan. Ruh Jihad menjadi semacam jaminan bagi kekuatan sekecil apapun untuk melawan kekuatan sebesar apapun. Bukankah Allah SWT berfirman : "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.(QS Al-Baqoroh 249)

Akhirnya, semua ungkapan dan isyarat kekaguman dan penghormatan, entah itu standing avocation, apllause, angkat topi, hormat tangan, atau apa saja yang bisa mengungkapkan kekaguman sangatlah layak diberikan pada Hamas. Setelah kagum, tentu saja kita juga harus menjadi bagian yang mendukung perjuangan jihad tersebut. Siapa yang bisa menahan keinginan untuk tidak bergabung dalam barisan pembela kebenaran yang telah dijamin eksistensinya oleh Rasulullah. Tidaklah berlebihan, jika dikatakan fenomena Hamas hari ini adalah bukti riil keberadaan kelompok jihad abadi di muka bumi ini, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : " Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tegak memperjuangkan kebenaran, dan mereka tidak akan terpengaruh dengan orang-orang yang memusuhi dan memerangi mereka ". (HR Muslim). Ketika Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat tentang siapa mereka itu ?. Maka beliau menjawab : " di sekitar masjid al-Aqsha". Subhanallah

Raport Merah Ideologi Demokrasi


Isu demokrasi telah mendunia. Ideologi produk Barat ini (baca: orang-orang kafir) lantas dipaksakan atas negara-negara lain, termasuk pada komunitas kaum muslimin. Opini yang dihembuskan, bahwa kesengsaraan dan penderitaan rakyat suatu negara berpangkal pada hilangnya ruh demokratis di tengah mereka. Ketika suasana demokratis telah menaungi sebuah negara, maka rakyat akan hidup dalam kemakmuran yang merata (?!).

Faktanya, justru, wajah demokrasi melahirkan masalahmasalah baru yang tidak bisa dianggap sepele oleh umat Islam. Berikut ini sedikit tentang pelanggaran-pelanggaran ideologi demokrasi secara ringkas, baik ditinjau dari hukum asalnya, atau m e k a n i s m e - m e k a n i s m e penyelenggaraan negara dalam negara berdemokrasi (dimanapun) ditinjau dari sudut pandang Islam.

PELANGGARAN TERHADAP AKIDAH ISLAM

Pelanggaran dalam aspek akidah ini, lantaran ideologi demokrasi memutuskan hukum berdasarkan suara mayoritas. Apapun hasilnya, pilihan suara mayoritas itu akan diputuskan sebagai peraturan yang mengikat. Suara terbanyak dikultuskan, dan penetapan hukum-hukum hanya berada di tangan sekelompok orang saja.

Demokrasi yang bertumpu pada ketaatan pada suara mayoritas telah mengakibatkan terjadinya syirkuth-thâ’ah (menyekutukan sesuatu dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada aspek ketaatan secara mutlak). Simaklah ayat berikut :

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?

Hukum Allah itulah yang mestinya (wajib) diterapkan dalam seluruh bidang kehidupan sosial kemasyarakatan. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala al-Khâliq (Dzat Yang Maha Menciptakan) dan Maha Tahu apa yang paling bermanfaat dan mengandung maslahat sebesarbesarnya bagi makhluk-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya:
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qs. Yûsuf/12:40).


MEMICU SIFAT KEMUNAFIKAN

Calon-calon legislatif atau eksekutif berusaha menampilkan citra dirinya sebagai figur yang baik. Tak kurang, misalnya dalam soal nama, disematkanlah label Haji (H) dan Hajjah (Hj). Penyematan gelar-gelar seperti ini atau yang sejenisnya, seolah menjadi “wajib”. Ucapan-ucapan manis dan janji-janji menarik menghiasi bibir-bibirnya. Semuanya menjanjikan perbaikan keadaan dan meningkatkan kemakmuran rakyat.

Namun, begitu usai dan berhasil menggenggam jabatan, ternyata kepentingan pribadi, partai atau golongan berbalik menjadi tujuan utamanya. Janji-janji yang pernah diucapkan hanyalah isapan jempol. Itulah sebuah kedustaan. Padahal Allah Shubhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orangorang yang benar. (Qs. at-Taubah/ 9:119).

Juga disebutkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiallahu'anhu , Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

Tanda-tanda kemunafikan ada tiga. Jika berbicara, ia dusta. (2) Jika berjanji, ia mengingkari. (3) dan jika dipercaya, ia berkhianat. (HR al-Bukhâri, no. 32, dan Muslim, no. 89).

MENYUBURKAN BUDAYA SUAP

Politik uang tidak bisa lepas dari alam demokrasi. Misalnya dengan pembagian sembako, hadiah, atau bantuan lain. Ini dilakukan oleh calon-calon pencari kekuasaan untuk menarik simpati kalangan bawah. Apapun bentuknya, ketika materi berbicara, itulah esensi dari politik uang. Dalam terminologi fiqih sebagai risywah (suap) yang diharamkan Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

Allah melaknat penyuap dan orang yang disuap. (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni, Shahîh at- Targhîb wat-Tarhîb, 2/261).

PUJIAN BAGI DIRI SENDIRI

Dalam alam demokrasi, sebagian calon eksekutif maupun legislatif senang memuji diri sendiri. Saat kampanye sering menyatakan sebagai pihak yang paling pantas mengemban amanah rakyat. Pujian-pujian dan sanjungan-sanjungan juga dipaksakan oleh tim suksesnya demi kemenangan calon-calonnya. Bisa disaksikan, baliho-baliho, spanduk-spanduk maupun iklaniklan dijejali dengan ungkapanungkapan pujian, gambar-gambar bagaimana orang-orang yang mencalonkan diri (atau dicalonkan) berempati kepada rakyat kecil, rela berkotor-kotor keluar masuk pasar tradisional (yang sebelumnya tidak pernah dilakukan) guna mendulang simpati lebih besar. Bila mereka tidak berhak dipuji, berarti telah terjadi penipuan dan kedustaan. Jika sepertinya pantas memperoleh pujian, ini pun tidak perlu dilakukan.

Hal ini karena pada asalnya, memuji diri sendiri tidak boleh (haram). Seseorang dituntut agar rendah hati, tidak menonjolkan diri, atau membanggakan diri. Allah Shubhanahu wa Ta'ala berfirman:

Maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (Qs. an- Najm/53:32).

SIAPAPUN BISA TERPILIH, MESKI ORANG PALING ZHALIM DAN TERBEJAT SEKALIPUN

Proses pencapaian kursi kekuasaan dalam ideologi demokrasi melalui mekanisme kepartaian. Masing-masing partai mendelegasikan orang pilihannya. Lantas, masyarakat menentukan pilihan pada siapa saja yang mereka kehendaki, tanpa memandang baik buruknya individu tersebut. Dalam penghitungan suara, para wakil yang memperoleh suara terbanyak akan memperoleh tempat. Demikian pula, pemegang kekuasaan (eksekutif) berdasarkan suara terbanyak, bagaimanapun buruk sifat dan karakter mereka.

DEMOKRASI MEMECAH PERSATUAN UMAT

Ideologi demokrasi melahirkan pembentukan partai-partai yang sangat berpotensi menimbulkan perpecahan dan fanatisme buta terhadap golongan. Secara tidak langsung juga menumbuhkan bahaya laten konflik antar simpatisan. Bahkan untuk membela golongannya rela mempertaruhkan nyawanya. Sedangkan Islam mengutamakan persatuan dan mencela perpecahan.

ADANYA UNSUR PERJUDIAN DALAM PESTA DEMOKRASI

Terjadinya persaingan dalam meraih kekuasaan, telah menginspirasikan berbagai cara ditempuh untuk memenangkan suara. Bagi yang kalah, ia akan mengalami banyak kerugian. Inilah hasil yang akan didapat pihak pecundang. Sebaliknya, pihak yang memenangkan, ia akan memperoleh keuntungan. Meskipun pada hakikatnya, semua pihak mengalami kerugian dalam pesta yang menelan anggaran sangat besar, baik negara maupun individu. Dikatakan oleh Syaikh ‘Abdul-Muhsin –hafizhahullah- realita ini mirip dengan qimâr (perjudian).

DEMOKRASI MENGAJARKAN KEBEBASAN MUTLAK

Demokrasi terbangun di atas asas kebebasan mutlak, meskipun berupa kekufuran atau kebejatan dan degradasi moral. Setiap orang bebas melontarkan atau bertindak serta meyakini apa saja, tanpa memperhatikan norma agama maupun norma sosial, etika. Dalihnya, karena semua orang bebas menentukan pilihan pribadinya tanpa intervensi orang lain.

Demikian, sebagian pelanggaran demokrasi terhadap syariat Islam. Ketika sebuah sistem berlandaskan pada pemikiran yang rusak (kekufuran), maka tak dapat terelakkan, out putnya pun tidak jauh berbeda. Yakni membuahkan hasil yang sama-sama rusak dan berakibat buruk bagi orang banyak. Wallahul-Hadi ilâ Shirâthil- Mustaqîm.

Marâji‘:
1. Al-Adlu fi Syarî’atil Islâm wa Laisa fid-Dimaqratiyyah al- Maz’umah, ‘Abdul-Muhsin al- Abbâd Darut-Tauhîd, Riyadh, Cetakan I, 1428 H.
2. Hukmu ad-Dimaqrathiyyah fil- Islâm, Munkarât wa Mukhâlafât Syar’iyyah Tahshulu fil- Intikhâbât, Dr. Hamd bin Muhammad al-Hâjiri, Cetakan I, Tahun 1427 H – 2006 M, tanpa penerbit

MUSLIMAH SHOLIHAH




Mutiara Dunia Yang Amat Berharga

oleh: Muhammad Nasridini

Wanita muslimah adalah perhiasan terindah dunia, ia lembut namun tidak lemah, ia mempesona namun tetap bersahaja, ia tahu bagaimana menjaga izzahnya, ia tahu bagaimana menjaga akhlak dan kemuliaannya...

Ukhti muslimah.....
Pada dasarnya engkau sangat berharga. Dan harga itu hilang bila kehormatan dan kemuliaan telah tiada. Agam Islam tiba, maka diangkatlah derajatmu sebagai wanita. Wanita itu diberi kedudukan mulia. Sungguh engkau telah diberi kedudukan dan tempat yang sangat mulia. Namun, dari sekian banyak wanita, hanya sedikit yang mampu dan mau menyadarinya. Sedang yang lain telah tergiur oleh delima kehidupan dunia.

Ukhti sholihah......
Maka dari itu, Allah Ta’ala memerintahkan dirimu untuk menjaga kemuliaan dan kehormatanmu dari lelaki si hidung belang dengan senantiasa menjaga dirimu dengan menutup aurat. Sebagaimana dalam ayat berikut: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka....” (QS. Al-Ahzab : 59)

Saudariku.....
Allah Azza wa Jalla tidak memerintahkan engkau untuk membungkus auratmu (kaya’ lemper), tapi tuk ditutup. Sebagai muslimah sudahkan kita menutup aurat sepenuh hati? Teladanilah para sahabiah Nabi, Aisyah Radhiallahu’anhuma berkata: “Mudah-mudahan Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama, ketika turun ayat ini (QS. An-Nur ayat 31). Mereka merobek selimut mereka lalu mereka berkerudung dengannya” (HR. Bukhari).

Sahabatku muslimah......
Ingat dan yakinlah bahwa perintah menutup aurat itu bukan datang dari Pak Kyai, para mubaligh atau peraturan sekolah semata. Bukan pula kebudayaan Arab yang asal-asalan ukhti pakai, tapi dari Allah Ta’ala melalui petunjuk dari Al-Qur’an.

Ukhti Sholihah.....
Allah Ta’ala memerintahkan sesuatu pasti karena ada sesuatu. Allah sayang bangat sama kita. Tapi seringkali kita mengingkarinya. Coba ukhti renungkan riwayat berikut: ....seorang wanita bertanya: “Wahai Rasulullah, seorang wanita diantara kami tidak memiliki jilbab (bolehkan dia keluar rumah?) Beliau menjawab: “Hendaklah kawannya meminjamkan jilbabnya untuk dipakai wanita tersebut.” (HR. Bukhari Muslim). Jadi menutup aurat adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Ukhti muslimah......
Memang sih menutup aurat bukanlah sesuatu yang mudah tuk dilakukan kalau tiada niat. Tapi tidak ada salahnya engkau renungkan, ada beberapa mudharat (kerusakan) yang ditimbulkan jika ukhti muslimah tidak mau menutup aurat. Diantaranya adalah:
1.Engkau (atau tepatnya kita) akan terfitnah dengan apa yang kita perbuat sendiri. Orang awam (tapi yang ngerti agama) mengira bahwa kita bukanlah muslimah. Karenna jilbab adalah identitas muslimah (selain akhlaknya tentu). Kalau muslimah enggan untuk berjilbab berarti ia telah kehilangan identitas dirinya sebagai muslimah.
2.Hilangnya rasa malu pada dirimu. Seharusnya kita teramat malu jika kita sebagai muslimah enggan untuk berjilbab. Rasa malu yang utama adalah kepada Allah Ta’ala, Sang pembuat aturan jilbab.
3.Kita telah turut berpartisipasi aktif dalam timbulnya fitnah (ujian) bagi saudari kita muslim. Karena dengan dibukanya aurat muslimah maka kalian akan sangat menarik perhatian seorang muslim (ghadhul bashor akhi....) Sedang muslim tersebut akan terkena dosa karena melihat aurat engkau. Apakah ukhti tidak kasihan sama saudara kita (dari kalangan ikhwan) yang terkena perilaku kita yang tidak mau menutup aurat akhirnya terjerumus ke dalam syahwat dan memberikan kesempatan timbulnya tindak kejahatan. Sadarilah ukhti.....
4.Timbulnya pergaulan bebas. Pergaulan bebas campur baur antara pria dan wanita (baik khalwat maupun ikhtilat) dapat terjadi karena muslimah terus menunda untuk menutup aurat. Kalaupun banyak dari muslimah yang mengaku sudah berjilbab tetapi masih melakukan pergaulan bebas. Bisa dipastikan dia belum berpakaian sesuai perintah-Nya atau belum karena-Nya.
Ya, marilah kita awali dengan niat yang tulus ikhlas dalam menjalankan perintah Allah Ta’ala. Senantiasalah Allah menjadi tujuan kita. Melaksanakan suatu kebaikan tak harus diawali kesempurnaan diri. Justru kebaikan itu adalah proses menuju kesempurnaan diri. Rugi dan menyesal deh bila menuntut diri sempurna dulu. Ingatlah, kesempurnaan hanya milik Allah.

Saudariku ..............
Kembali ke pokok masalah tadi. Itu semua adalah pilihan bagi seorang muslimah. Ingin muliakah? Atau justru hinakah? Kita bisa tengok para wanita di luar sana. Kehormatan dan kemuliaannya tiada dijaga. Semisal para biduanita yang dengan pede dan bangga melenggak-lenggokkan tubuhnya dibiarkan dilihat oleh para lelaki. Hingga tak jarang menimbulkan kemaksiatan.

Sahabatku muslimah......
Renungkan kembali mutiara berharga dari rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu: “Ada dua golongan yang termasuk ahli neraka yang belum pernah aku dapatkan. .....Dan kaum wanita yang berpakaian namun telanjang, yang dengan lenggak-lenggok, rambut-rambut mereka bagaikan punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wangi-wangi surga padahal wanginya bisa tercium dari jarak yang amat jauh.” (HR Muslim 2128 dan Ahmad 2/356, 490)

Wahai para muslimah......
Kuatkanlah azam tuk senantiasa teringat padaNya. Ikhtiar tuk dapatkan ridho-Nya. Jilbab yang mungkin kan terasa panas, yakinlah nereka jauh lebih panas daripadanya. Jangan sampai kau biarkan kemuliaan dan kehormatan ternoda dan tercabik-caik oleh orang-orang yang berpenyakit hati, yang menjadikanmu tak berharga lagi.

Saudariku muslimah......
Mungkin rangkaian kata yang ditulis saudaramu ini tak berharga bagimu. Tapi bagiku ada makna tersendiri. Walau hati ini berharap, setelah engkau membaca tulisan ini engkau menjadi lebih sadar akan kemuliaan dan kehormatan dirimu. Dan diriku juga berharap engkau akan menutup auratmu secara sadar dan menganggap itu suatu kebutuhan, yang jika kebutuhan itu tidak diberikan akan terasa ada yang kurang pada diri kita. Selanjutnya engkau akan menjalankan dengan suka dan penuh cinta. Jangan biarkan linangan air mata kan mengalir deras di esok hari lantaran penyesalan yang tiada guna.

Ukhti muslimah......
Terakhir, semoga Allah kan kuatkan hati kita dan selalu menjaga kita dari pancaroba dunia. Semoga DIA nanti mengumpulkan kita bersama para bunda kita tercinta dari Ashiyah istri Firaun dan Maryam bintu Imran, hingga Khadijah dan Aisyah Radhiallahu ‘anhunna ajma’in. Amiin

DZIKIR, PIKIR, AMAL




Sungguh Ketiganya Amat Hebat...

oleh : Muhammad Nasridini

Sobat muslim, sungguh beruntung kija kita sadar untuk selalu berdzikir memanjatkan puji syukur kita kehadirat Allah Ta’ala. Dengan kita berdzikir maka pikran kita akan senantiasa terdorong untuk dapat membedakan mana yang baik dan harus kita kerjakan dan mana yang buruk sehingga kita jauhi. Setelah berfikir tentunya kita akan menjalankan apa yang kita pikirkan, dalam bentuk amal. Amal sholih yang lahir dari pikiran yang baik, bukan pikiran yang negatif. Karena hati kita akan selalu penasaran kalau pikiran itu gak dibuktikan dengan amalan.
Sobat muda, manusia memang diberi oleh Allah derajat yang paling tinggi. Tapi dengan karunia Allah itu manusia nggak boleh menyombongkan diri. Sebagaimana orang yang kaya, dia tidak boleh merendahkan orang yang tidak punya. Karena di sisi Allah manusia itu semua sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya.
Ketaqwaan yang sempurna kepada Allah akan melahirkan keikhlasan menjalankan segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Coba kita renungkan, ketaatan yang kita lakukan dengan susah payah itu akan sia-sia kalau tak ada keikhlasan dalam diri kita. Tak ada pahala dan keridhoan dari Allah. Mungkin kita dapatkan pujian dari orang lain, tapi tidak pujian dari Allah, pahala dari-Nya tak kita dapat.
Sahabat, manusia itu terdiri dari unsur-unsur yang menyatu dalam eksistensi manusia yang sering kita sebut nafsu. Nafsu sering menuju pada mala petaka. Maka, kita harus menjaga diri kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai dari ajakan nafsu yang jelek, dari ajakan-ajakan syetan. Itulah salah satu buah dari selalu ingat kepada-Nya.
Semua itu demi mewujudkan hadirnya manusia ideal. Artinya manusia yang bermoral, punya otak dan menggunakannya untuk berpikir sehingga menjadi pandai dan kreatif. Dengan begitu potensi dalam diri manusia itu dapat dilahirkan dengan amalan-amalan.
Sobat muda, mari kita bahas agak dalam tentang dzikir, pikir dan amal.
A.Dzikir yaitu memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Ta’ala sebagai perwujudan ingat kita kepada-Nya. Selanjutnya selalu memohon petunjuk kepada Allah dengan keyakinan idak ada petunuuk yang shohih selain dari-Nya.
Dzikir dapat pula kita jabarkan dalam aktivitas berikut :
Pertama : Ucapan lisan, gerak dari raga maupun getaran hati dalam rangka mendekatkan diri hanya pada Allah Ta’ala.
Kedua : Upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai pada Allah dan selalu ingat kepadaNya.
Ketiga : Menatap kehidupan dengan mata hati karena didorong rasa cinta pada Allah Azza wa Jalla
Jadi hati pusat segala aktivitas, bila hati baik baiklah seluruh aktivitasnya, begitupun sebaliknya. Karenanya hati harus selalu berdzikir dan paham akan keberadaanNya.
B.Pikir, denganya hidup akan lebih bermanfaat dan menghindarkan kita terjeumus pada kemudhorotan.
Setidaknya ada 2 objek pikir, yaitu:
Pertama : Manusia itu sendiri, seperti memikirkan bagaimana proses penciptaan manusia
Kedua : Alam semesta, yaitu bagaimana proses penciptaan alam semesta dan segala isinya termasuk hikmah yang terkandung didalamnya.
Dan pada akhirnya kerja dari otak yang selalu berfikir itu salah satunya melahirkan ilmu pengetahuan.
C.Amal, ilmu tanpa amal ibarat pohon yang tak berbuah, begitu sebagian orang bijak mengatakan.
Sobat muda, amalan yang kita kerjakan harus sesuai syaratnya baru dapat diterima oleh Allah, yaitu:
Pertama : Amalan itu ikhlas, artinya amalan itu kita lakukan hanya mengharap wajah-Nya semata.
Kedua : Amalan itu benar, yaitu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam.
Sobat muslim, melakukan ketiga hal di atas dengan seungguh-sungguh maka insya Allah dapat melatih diri kita agar terbiasa dengan kebaikan. Wallahul Musta’antara lain.

KHOLILULLOH IBROHIM ‘ALAIHIS SALAM




Meneladani Sang Bapak Tauhid


Oleh : Ustadz H. Sholahuddin Sirizar, Lc. MA.

I.Muqoddimah
Nama Nabi Ibrohim AS disebut Al-Qur’an sebanyak 69 kali, tersebar dalam 25 surat, 17 surah-surah Makkiyah dan 8 surah-surah Madaniyah. Terbanyak disebut di dalam surah Al-Baqoroh (15) kali, kedua di dalam surah Ali Imrom (7) kali, ketiga di dalam surah An-Nisaa’, Al-An’aam, Huud dan Al-Anbiyaa’, masing-masing (40) kali, selebihnya antara tiga, dua dan satu. Satu surah dinamai Ibrohim sendiri, yaitu surah ke 14.
Surah Ibrohim diturunkan di Makkah sebeluh Hijroh, terdiri dari 25 ayat. Meskipun dinamai dengan Ibrohim, surah ini tidak sepenuhnya beirisi tentang kisah Ibrohim AS, bahkan nama Ibrohim hanya disebut satu kali, yaitu pada ayat 35, mengawali serangkaian do’a Nabi Ibrohim AS yang berlanjut sampai ayat 14. Saya kutip ayat pertama dari tujuh ayat tersebut, yaitu Firman Alloh SWT :


Artinya : Dan (ingatlah), ketika Ibrohim berkata : “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-hala.”

II.Nasab dan Tempat Lahir
Nabi Ibrohim AS berasal dari Haroon (sekarang tempat itu terletak di propinsi Nashiriyyah, negara Iraq), kemudian pindah ke Babilonia. Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang nama bapak Nabi Ibrohim. Menurut Ibnu Sa’ad, namanya Taaroh bin Nahur bin Sarukh bin Arghuwaa bin Faaligh bin “Aabir bin Syaalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Sedang menurut Ibn Jarir Ath-Thobari, namanya Aazar sebagaimana disebutkan di dalam surah Al-An’aam : 74


Artinya : Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar : “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuahn? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”

III.Nabi Ibrohim adalah Bapak Tauhid
Nabi Ibrohim AS telah diberi hidayah oleh Alloh semenjak kecil, sehingga orang tua dan lingkungannya yang musyrik tidak sedikitpun berpengaruh kepada keyakinannya terhadap Tuhan pencipta alam semesta. Allah berfirman di dalam surah Al-Anbiyaa’ : 51


Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrohim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan) nya.
Nabi Ibrohim dengan tegas menolak kemusyrikan yang dilakukan oleh kaumnya. Keyakinan dan tindakan meteka mempertuankan bintang-bintang, bulan dan matahari, bahkan membuat berhala-berhala untuk disembah adalah kemusyrikan yang harus ditinggalkan.
Setelah perenungan dan pencarian untuk memperkuat keyakinannya dan sekaligus mematahkan keyakinan kaumnya, Alloh menyebutkan ketegasan sikap Nabi Ibrohim dalam mengesakan Alloh di dalam surah Al-An’am : 79

Artinya : Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menicptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

IV.Ibrohim adalah hamba yang selalu taat kepada Robb-nya
Hari raya Idul Adha tidak bisa dilepaskan dari sejarah ketaatan Nabi Ibrohim AS. Ibrohim adalah figur pemimpin yang senantiasa taat kepada Alloh setiap saat. Karena ketaatannya yang terus menerus itulah maka Alloh menyebutnya dengan ummatun qonitan. Qonit artinya dawamuth tho’ah, yakni selalu istiqomah didalam ketaatan. Alloh berfirman di dalam surah An-Nahl : 120 :

Artinya : “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah ….”
Bermodalkan dengan husnudh-dhon billah (berprasangka baik kepada Allah) apapun perintah-Nya selalu ditaati sekalipun akal manusia tidak dapat menjangkaunya.
Di antara sekian banyak perintah Allah yang dikerjakan dengan ketaatan, ada dua hal yang sangat menakjubkan, misalnya adalah :
1.Meninggalkan isteri dan anaknya di antara bukit Shofa dan Marwa yang tandus lagi kering kerontang. Peristiwa ini dikisahkan Alloh dalam surah Ibrohim : 37


Artinya : Ya Raab kami, sesunggunya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
2.Membenarkan mimpi nubuwwah agar menyembelih puteranya. Kisah tersebut Allah jelaskan di dalam surah Ash-Shaffat : 102


Artinya : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Kemuliaan dunia dan akherat yang diperoleh Nabi Ibrohim karena ketaatannya pada agama terbukti dari beberapa kenyataan sejarah yang semuanya berakhir dengan kemuliaan, antara lain :
Isteri Nabi Ibrohim (Hajar) dan anaknya (Ismail) yang ditinggalkan di tanah tandus, kenyataannya juga tidak terlantar dan bahkan tertolong. Bahkan kini peristiwa Hajar yang naik turun bukit Shofa dan Marwa untuk mencarikan minum anaknya justru diperagakan jutaan jamaah haji pada prosesi sa’i.
Selain sa’i, masih banyak lagi prosesi manasik haji yang merupakan peragaan simbolik meniti jejak Nabi Ibrohim, misal : meminum air zam-zam, sholat di belakang maqom Ibrahim, berdo’a atau sholat di Hijir Ismail, dan yang paling seru melempar jumrah yang melambangkan perang melawan syetan.

V.Pelajaran dari Nabi Ibrohim alaihis salam
Dari uraian di atas, kita para generasi muda seharusnya dapat mengambil pelajaran bahwa Nabi Ibrohim AS adalah hamba Alloh yang :
1.Memiliki tauhid yang lurus, jauh dari syirik. Beliau adalah “Bapak Tauhid” kita.
2.Selalu taat kepada Alloh, sanggup menjalankan semua perintah-Nya, apapun resikonya.
3.Selalu beramar makruf nahi munkar. Beliau sangat intens dalam bernahi mungkar, sehingga menghadapi berbagai macam bahaya.
4.Selalu memiliki kemauan yang keras, pantang menyerah, dengan disertai kesabaran yang tinggi untuk mencapai ridho Alloh .
5.Selalu bertawakal kepada Alloh Meskipun meninggalkan putranya di padang yang tandus, tapi karena semuanya diserahkan kepada Alloh, maka semuanya berakhir dengan khusnul khotimah.
6.Dimuliakan oleh Alloh, baik di dundia maupun di akherat ketaatannya yang mutlak (tanpa mengenal batas) kepada Alloh ta'ala
(Penulis adalah Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyyah Majlis Tarjih dan Tajdid Kabupaten Sukoharjo)

Agungnya Kedudukan Nabi




Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kita untuk taat kepada-Nya dan rasul-Nya
Muhammad . Dia telah menjadikan hak-hak untuk diri-Nya yang tidak ada seorang pun yang menyamai hak-hak tersebut, tidak para malaikat tidak pula para rasul. Demikian pula Allah telah menjadikan bagi nabi hak-hak yang agung yang tidak bisa disamai oleh seorang makhluk pun. Di antara hak yang wajib kita tunaikan kepada Nabi adalah mencintai, mengagungkan, mengikuti, dan lain-lain dari hak-hak yang agung sebagaimana akan datang penjelasannya. Allahul Muuwaffiq.


ADAB BERSAMA NABI
Nabi kita Muhammad adalah salah seorang pembawa risalah Allah. Karena statusnya sebagai seorang utusan allah, maka ada beberapa adab yang mesti kita perhatikan, di antaranya:
1.Mengagungkan dan Menghormati Nabi
Termasuk adab kepada Nabi adalah menghormati dan mengagungkannya, Allah berfirman:
Artinya : “Supaya engkau sekalian beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menguatkan agama-Nya, mengagungkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Fath (48): 9).
Penghormatan kepada baliau semasa hidupnya adalah dengan mengaungkan sunnahnya dan juga pribadinya. Adapun setelah beliau wafat ialah dengan cara mengamalkan dan menjaga sunnahnya. Sungguh para sahabat radhialllahu’anhu telah memberi contoh kepada kita bagaimana seharusnya mengagungkan Nabi .
Simaklah penuturan Urwah bin Mas’ud ketika dia diutus oleh orang-orang Quraisy untuk berunding dengan Nabi pada perjanjian Hudaibiyyah, dia berkata di hadapan para pembesar Quraisy: “Aku sudah pernah menemui raja Kisra, Kaisar dan Najasyi, akan tetapi belum pernah aku melihat para pengikut mereka mengangungkan rajanya seperti pengagungan para sahabat Muhammad kepada Muhammad. Apabila dia (Muhammad) memerintahkan sesuatu, mereka akan bersegera melaksanakannya. Apabila dia berwudhu, mereka saling berebut untuk mendapatkan sisa wudhunya. Apabila dia berbicara, mereka semua merendahkan suara di sisinya dan mereka tidaklah menajamkan pandangan kepadanya karena mengagungkan beliau.” (HR. Bukhori: 2731)
Demikianlah seharusnya pengagungan terhadap beliau, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan. Beliau adalah seorang manusia yang telah Allah muliakan dengan risalah, maka tidak boleh dihina. Demikian pula beliau hanya seorang hamba, tidak boleh diangkat derajatnya sampai tingkat uluhiyyah (penyembahan), pahamilah!
2.Membenarkan Berita yang beliau Bawa
Termasuk pokok keimanan adalah mengimani kema’shuman (keterpeliharaan) Nabi dari kedustaan. Membenarkan setiap berita yang beliau kabarkan, baik dalam perkara yang telah lampau, masa kini, atau masa yang akan datang, Allah berfirman:
Artinya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm (53): 3-4)
Imam Ibnul Qoyyim radhiallahu’anhu berkata: “Inti adab kepada Nabi adalah berserah diri dengan sempurna, melaksanakan perintah dan menerima kabarnya dengan sepenuh hati, tanpa mempertentangkan dengan khayalan yang batil yang dikira masuk akal, atau dengan syubhat dan keraguan, atau mendahulukan pendapat orang lain atau dengan kerancuan akal mereka.” (Madarijus Salikin 2/439)
Karena hujjah yang wajib diikuti oleh seluruh makhluk adalah perkataan al-Ma’shum (yakni Nabi , red) yang tidak berucap dengan hawa nafsu. Adapun perkataan orang lain yang paling banter adalah diikuti, bukan wajib diikuti!! Lebih-lebih apabila perkataannya digunakan untuk menentang nash-nash atau lebih didahulukan (maka lebih utama untuk tidak diikuti, pen). Kita berlindung kepada Allah darikehinaan. (Lihat ar-Risalah at-Tabukiyyah hal. 41)
Ambil contoh hadits yang berbunyi:
Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bersabda: “Apabila lalat jatuh di bejana seseorang di antara kalian maka celupkanlah lalu buanglah lalat tersebut, karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya.” (HR. Bukhori: 3320, Ahmad 2/229, Abu Dawud: 3844, Ibnu majah: 3505, ad-Darimi: 2045 Ibnu Khuzaimah dalam shohih-nya: 105)
Ini adalah kabar dari Rasulullah dalam perkara ghoib yang beliau tidak berbicara dengan hawa nafsu, maka kabar seperti ini wajib kita terima dengan husnul khuluq, yaitu dengan menerima dan melaksanakan tanpa keraguan, kita yakini dengan ilmu yakin bahwa sabda beliau benar, Allah berfirman:
Artinya : “Maka Allah adalah Rabbmu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan?” (QS. Yunus (10): 32). (Lihat Makarimul Akhlaq hal. 14 oleh Syaikh Ibnu Utsaimin).
Semoga Allah merohmati Imam Ibnul Qoyyim, beliau berkata: “Termasuk adab kepada Nabi , bahwa perkataan beliau tidak boleh dipermasalahkan, bahkan seharusnya pedapat-pendapat itulah yang harus dipermasalahkan dan ditimbang dengan perkataan beliau. Tidak boleh pula nash beliau ditentang dengan kias (analogi), bahkan kias itulah yang dibuang karena sudah ada nash. Tidak pula perkataannya diselewengkan dari makna yang hakiki hanya berdasarkan khayalan yang dikira masuk akal, tidak boleh pula berdiam diri untuk menerima apa yang beliau bawa karena mengikuti karena mengikuti pendapat orang, semua ini adalah bentuk kurang adab kepada beliau.” (Mudarijus Salikin 2/441)
3.Ittiba’ dan Mengambil Petunjuk Beliau
Asal dari perkataan dan perbuatan Nabi adalah untuk ditiru dan dicontoh, Allah berfirman:
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS. Al-Ahzab (33): 21)
Ayat ini adalah asas dalam meneladani Rasulullah dalam perkataannya, perbuatannya, dan seluruh keadaan Rasulullah . (Lihat Tafsir Al-Qur’an al-Azhim 6/391)
Imam asy-Syafi’i Radhiallahu’anhu berkata: “Apabila sesuatu itu telah tetap dari Rasulullah , maka wajib bagi semua orang yang mengetahuinya untuk ittiba’ kepada beliau, karena Allah tidaklah membolehkan bagi seseorang untuk menyelisihi perintahnya.” (ar-Risalah hal.330-tahqiq Ahmad Muhammad Syakir-)
Sebagai contoh dalam masalah sholat, selayaknya bagi setiap muslim untuk mempelajari begaimana sifat sholat Nabi , memperbagusi dan berusaha agar sholatnya benar sesuai tuntunan. Rasulullah bersabda:
Artinya : “Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.” (HR. Bukhori: 631)
Demikianlah perkaran-perkara ibadah lainnya, hendaklah kita meniru dan ittiba’ kepada beliau, karena itulah jalan keselamatan dan kebahagiaan.
4.Taat Dengan Melaksanakan Perintah dan Meninggalkan Larangan
Inilah adab selanjutnya kepada Nabi , taat dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Imam Ahmad bin Hanbal Radhiallahu’anhu mengatakan: “Aku melihat didalam mushhaf (Al-Qur’an) maka aku dapati perintah taat kepada rasul terdapat pada 33 tempat.” (ash-Shorim al-Maslul hal. 56, lihat ula Majmu Fatawa 19/103)
Karena taat kepada rasul pada hakikatnya merupakan bentuk ketaatan kepada allah juga. Allah berfirman:
Artinya : “Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah....” (QS. an-Nisa’ (4): 80)
Syaikhul Islam Radhiallahu’anhu berkata: “Sungguh ijma’ (kesepakatan) umat ini telah menunjukkan wajibnya taat dan ittiba’ kepada rasul, karena as-Sunnah itu sebagai sumber hukum syar’i setelah sumber yang pertama yaitu Al-Qur’an.” (Majmu’ Fatawa 11/339)
Maka janganlah kita pongah dan sombong dengan mengatakan: “Ini kan hanya sunnah?!” Karena sunnah beliau secara mutlak wajib untuk diikuti dan diamalkan, pahamilah sekali lagi wahai saudaraku!
5.Berhukum Dengan Sunnah Beliau
Perkara ini pun harus kita realisasikan. Hendaklah setiap orang berhukum dengan sunnah beliau , berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak, diantaranya ialah firman Allah:
Artinya : “Demi Rabbmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’ (4): 65)
Maka apabila segala perselisihan yang ada dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah insya Allah akan selesai, dan kehidupan beragama pun menjadi tenteram dan damai. Allah berfirman:
Artinya : “....Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.....” (QS. an-Nisa’ (4): 59)
Kaum salaf dan kholaf telah sepakat bahwa mengembalikan kepada Allah adalah mengembalikan kepada kitab-Nya yaitu Al-Qur’an, dan mengembalikan kepada Rasul adalah mengembalikan ketika masa hidupnya dan mengembalikan kepada sunnahnya setelah wafatnya. (Tafsir Thabari 5/151, Tafsir Qurthubi 5/169, ar-Risalah at-Tabukiyyah hal.47)
Bahkan Allah telah menegaskan pula bahwa termasuk tanda-tanda penyimpangan dan kemunafikan adalah berpaling dan meninggalkan sunnahnya. Renungilah firman Allah berikut ini:
Artinya : “Tidaklah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thoghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu tunduk kepada hukum yang telah Allah turunkan dan kepada hukum rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari mendekati kami. (QS.an-Nisa’ (4): 60-61)
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah Radhiallahu’anhu berkata: “Setiap orang yang keluar dari sunnah Rasulullah dan syari’at beliau, maka sungguh Allah telah bersumpah dengan diri-Nya Yang Suci bahwa orang yang tidak beriman hingga dia ridho dengan hukum Rasulullah dalam segala perkara yang mereka perselisihkan, baik dalam masalah agama maupun dunia dan hingga tidak tersisa rasa keberatan dalam hati mereka terhadap hukumnya. Dalil-dalil dalam pokok masalah ini sangat banyak sekali.” (Majmu’ Fatawa 28/471).
Imam Ibnul Qoyyim Radhiallahu’anhu berkata: “Allah menjadikan berpaling dari apa yang dibawa oleh Nabi dan mencari hukum selainnya sebagai bentuk kemunafikan, sebagaimana hakikat keimanan adalah berhukum kepada Nabi , menghilangkan rasa keberatan dalam dada, dan menerima sepenuh hati berdasarkan pilihan dan kecintaan sendiri, inilah hakikat keimanan, dan berpaling dari sunnahnya itulah hakikat kemunafikan.” (Mukhtasor ash-Showa’iq al-Mursalah 2/353)
6.Membela Rasulullah
Sesungguhnya membela Nabi dan menolongnya merupakan tanda terbesar kecintaan dan pengagungan seseorang kepada Nabi . Bacalah ganbaran pembelaan orang-orang Muhajirin terhadap Nabi dalam firman Allah berikut ini:
Artinya : “Juga bagi orang-orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka karena mencari karunia dari Allah dan keridhoan-Nya dan mereka menolong Allah dan rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hasyhr (59): 8)
Bahkan potret para sahabat Radhiallahu ‘anhu telah memberikan gambaran yang mengagumkan tentang pembelaan mereka terhadap Nabi . Mereka mempertaruhkan harta dan jiwa. Potret mereka terlukis dalam kitab-kitab siroh yang tidak samar bagi orang yang mau membacanya.
Baiklah, untuk membuktikan hal ini kami nukilkan sedikit potret pembelaan sahabat Radhiallahu ‘anhu kepada Nabi :
1)Adalah sahabat yang mulia Abu Tholhah Radhiallahu ‘anhu tatkala perang Uhud beliau menjaga Rasulullah dari hujaman anak panah yang mengarah kepada Nabi , Abu Tholhah Radhiallahu ‘anhu berkata: “Demi bapak dan ibuku yang menjadi tebusannya, janganlah engkau menampakkan diri, sehingga panah mengenaimu. Leherku melindungimu ya Rasulullah.” (HR. Bukhori: 4064)
Qois bin Abi Hazim Radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku melihat tangan Tholhah lumpuh pada perang Uhud karena melindungi Nabi .” (HR. Bukhori: 4064)
2)Contoh selanjutnya, alangkah indahnya apa yang diucapkan oleh Anas bin Nazhr Radhiallahu ‘anhu pada perang Uhud tatkala kaum muslimin porak-poranda dan berlarian, dia berkata: “Ya Allah aku berudzur kepadamu dari perbuatan mereka-yaitu para sahabat Radhiallahu ‘anhu-dan aku berlepas diri kepadamu dari perbuatan kaum musyrikin.” Kemudian dia maju ke medan perang dan bertemu dengan Sa’ad bin Mu’adz Radhiallahu ‘anhu seraya berkata: “Wahai Sa’ad bin Muadz aku mencium bau surga dari balik gunung Uhud ini.” Kemudian Anas bin Nazhr Radhiallahu ‘anhu maju ke kancah peperangan dengan gagah berani melawan kaum musyrikin hingga terbunuh. Sa’ad bin Muadz berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak bisa berbuat seperti dirinya.” Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu berkata: “Kami mendapatinya telah terbunuh dengan 80 sabetan pedang, tikaman tombak dan hujaman anak panah.” Orang-orang musyrikin telah mencabaik-cabik tubuhnya, hingga tidak ada seorang pun yang bisa mengenalinya kecuali saudara perempuannya (yang bernama ar-Rubayyi’) mengetahui dari jari-jemarinya. (HR. Bukhori: 2805)
7.Membela Hadits dan Sunnah Nabi
Termasuk membela sunnah Nabi adalah dengan menjaga dan membersihkan dari kedustaan orang yang berbuat batil, penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, dan takwil orang-orang yang bodoh.
Bentuk lain dari membela sunnah Nabi adalah membantah kerancuan orang-orang yang melecehkan sunnah beliau . Seperti orang yang mencela masalah hijab, jenggot, isbal, dan lain-lain. Ketahuilah wahai saudaraku, mencela dan melecehkan sunnah Nabi termasuk perbuatan kufur, pelakunya terancam keluar dari Islam! Camkan baik-baik ayat berikut ini:
Artinya : “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan) tentulah mereka akan menjawab, sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu sungguh kafir sesudah beriman. (QS. at-Taubah 65-66)
Muhammad bin Murtadho al Yamani berkata: “Orang yang menjaga dan membela sunnah Nabi bagaikan seorang mujahid fi sabilillah, hendaklah dia mempersiapkan untuk jihad semampunya, berupa peralatan, bekal, dan kekuatan, sebagaimana Allah berfirman: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (QS. al-Anfal (8): 60)
Demikian pula telah shohih bahwa Malaikat Jibril bersama Hasan bin Tsabit ketika membela Rasulullah dengan bait-bait syairnya. Demikian pula orang-orang yang membela agama dan sunnahnya sepeninggal beliau karena keimanan, kecintaan dan pembelaan terhadap beliau.” (Itsarul Haq ‘Ala al-Khalq hal. 20, lihat Mahabbatun Nabi wa Ta’zhimuh hal. 80)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin Radhiallahu ‘anhu mengatakan: “Tidak pantas bagi setiap orang mu’min yang mendengar orang menyerang syari’at Nabi atau kepribadian beliau kemudian dia diam akan hal itu padahal mampu untuk memberi pembelaan.” (Huquq Da’at Illah al-Fithroh hal. 10)
8.Menyebarkan Sunnah Beliau
Termasuk kesempurnaan cinta kita kepada nabi adalah semangat untuk menyebarkan sunnah dan menyampaikannya kepada kaum muslimin. Betapa banyak hadits-hadits yang menganjurkan untuk menyebarkan sunnah Nabi . Rasulullah bersabda:
Artinya : “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.” (HR. Bukhori: 3461)
Bahkan Allah akan mencerahkan wajah seseorang yang menyampaikan hadits beliau , Rasulullah sabda:
Artinya : “Sesungguhnya Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar sebuah hadits dariku lalu dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar.” (Hadits Mutawatir)
Menyebarkan sunnah Nabi termasuk pintu terbesar dalam menunjukkan kecintaan dan pengagungan kita terhadap Nabi . Termasuk dalam tuntutan ini juga semangat untuk membasmi lawan dari sunnah yaitu bid’ah dan kesesatan yang menyelisihi petunjuk Nabi . Oleh karena itu, tidaklah kita dapati orang yang getol berbuat bid’ah senang dalam menyebarkan sunnah Nabi ! Bahkan dia berusaha menutu-nutupi sunnah Nabi agar tidak sampai kepada umat.
Semoga Allah merohmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, beliau berkata: “Sudah dimaklumi bahwasanya tidaklah engkau dapati seseorang yang menolak nash-nash dari Kitab dan Sunnah dengan perkataannya kecuali dia membenci apa yang berseberangan dengan perkataannya, dia senang bahwa ayat itu seakan-akan tidak turun, hadits itu tidak turun, bahkan kalau mungkin hadits itu dibuang dari hatinya. Oleh karena itu, engkau dapati seseorang dari mereka tidak senang menyampaikan nash-nash Nabawi, bahkan mungkin dia memilih untuk menyembunyikan dan melarang untuk disampaikan, berbeda dengan apa yang Allah dan rasul-Nya perintahkan agar perkara itu disampaikan.” (Minhajus Sunnah antara lain-Nabawiyyah 5/217-218)
9.Tidak Mendahulukan Perkataan Siapapun di Atas Perkataan Nabi
Ini juga termasuk adab yang sering kita lupakan. Apabila sudah jelas bahwa ini adalah keputusan dan hukum dari Nabi , maka tidak boleh ditentang dengan perkataan siapapun. Tidak boleh kita menentang hadits Nabi dengan perkataan seorang kyai, ustadz, tuan guru, imam ini dan itu, semua ini termasuk perbuatan lancang kepada beliau.
Sahabat Abdullah bin Abbas Radhiallahu ‘anhu pernah mengatakan” Hampir-hampir batu turun dari langit menghujani kalian, aku katakan Rasulullah bersabda demikian, kalian malah berkata Abu Bakar dan Umar berkata demikian.” (HR. Ahmad: 3121)
Dikisahkan bahwasanya Imam al-Humaidi Radhiallahu ‘anhu sedang berada di sisi Imam Syafi’i Radhiallahu ‘anhu kemudian datang seseorang bertanya kepada Imam Syafi’i Radhiallahu ‘anhu tentang sebuah permasalahan. Imam Syafi’i Radhiallahu ‘anhu menjawab: “Rasulullah memutuskan begini dan begini.” Orang itu malah balik bertanya: “Bagaimana dengan pendapatmu?” Imam Syafi’i Radhiallahu ‘anhu pun menegurnya dengan berkata: “Subhanallah! Apakah engkau melihatku sedang berada di gereja dan pura? Aku katakan Rasulullah memutuskan demikian malah engkau bertanya: Apa pendapatmu!?” (Siyar A’lam Nubala 10/34)
Di tempat yang lain Imam Syafi’i Radhiallahu ‘anhu telah menukil ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang-orang yang setelahnya, bahwa orang yang telah jelas baginya sunnah Nabi , tidak boleh untuk meninggalkannya berdasarkan perkataan siapapun. (Lihat ar-Risalah at-Tabukiyyah hal. 40)
Imam Ibnul Qoyyim Radhiallahu ‘anhu berkata: “Inti adab kepada Nabi adalah berserah diri dengan sempurna, melaksanakan perintah dan menerima kabarnya dengan sepenuh hati, tanpa mempertentangkan dengan khayalan yang batil yang dikira masuk akal,atau dengan syubhat dan keraguan, atau mendahulukan pendapat orang lain atau dengan kerancuan akal mereka.”
Aduhai kiranya orang-orang yang mendahulukan perkataan kyai dan ustadz mereka, tidaklah mereka merenungi kisah di atas!? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat sebuah pelajaran bagi orang yang masih punya hati.
10.Meninggalkan Bid’ah
Bid’ah termasuk perkara yang jelek dalam agama. seseorang yang membuat-buat perkara baru dalam agama yang tidak ada contohnya, sama saja dia menuduh Nabi telah mengkhianati risalah dan tidak menyampaikan seluruhnya.
Imam Malik Radhiallahu ‘anhu mengatakan: “Barangsiapa yang melakukan bid’ah dalam Islam dan menganggapnya baik, maka sungguh dia telah menuduh Muhammad mengkhianati risalah, karena Allah berfirman (yang atinya): Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu. (QS. al-Ma’idah (5): 3)
Termasuk tipu daya setan, sebagian orang bodoh dan pengekor hawa nafsu menyangkabahwa perbuatan bid’ah mereka di dalam sunnah Nabi termasuk kesempurnaan cinta kepada beliau . Ini adalah sebuah kebodohan yang nyata, cinta Nabi berkonsekuensi untuk menerima orang yang dicintai, mengikuti sunnahnya dan berjalan di atas perintah dan larangan Nabi , bukan dengan berbuat bid’ah dalam agama!!
Imam Ibnul Qoyyim Radhiallahu ‘anhu berkata: “Demikian pula tidaklah engkau dapati orang yang berbuat bid’ah kecuali dia telah merendahkan hak Nabi sekalipun orang itu mengaku telah mengagungkan Nabi dengan bid’ahnya, karena dia menyangkau perbuatan bid’ahnya lebih baik dari sunnah atau bahkan bid’ahnya itu dia anggap sunnah apabila memang yang melakukannya adalah orang jahil dan taklid buta. Akan tetapi, apabila yang melakukannya orang yang berilmu dan paham akan bid’ahnya, maka dia termasuk orang yang mendurhakai Allah dan rasul.” (Ighotsatul Lahfan I/130-takhrij al-Albani-)
11.Jangan Berbuat Ghuluw
Sebagaimana telah disinggung di muka, bahwa Rasulullah adalah seorang menusia biasa yang telah Allah muliakan dengan risalah. Allah berfirman:
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian yang diwahyukan kepadaku bahwa Ilah kamu adalah Ilah Yang Esa....” (QS. al-Kahfi (18): 110)
Maka tidak boleh kita meminta sesuatu kepada beliau perkara-perkara yang menjadi kekhusunan Allah, semisal bedo’a agar diluaskan rezeki, dipanjangkan umur, atau meminta kesembuhan, dan lain-lain dari permintaan yang sebenarnya hanya pantas ditujukan kepada Allah saja. Ketahuilah wahai hamba yang beriman, nabi kita tidak senang apabila dirinya dilebih-lebihkan melebihi derajat yang semestinya,bahkan beliau memberi peringatan yang keras, sabda beliau:
Artinya: “Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang Nasrani telah berlebih-lebihan terhadap Isa bin Maryam, akan tetapi katakanlah: hamba Allah dan rasul-Nya..” (HR. Bukhori: 3445)
Inilah yang disebut dengan ghuluw, berlebihan terhadap sesuatu. Sederhanalah dalam beragama, ikutilah petunjuk beliau, karena ghuluw tidaklah mendatangkan kecuali kebinasaan. Rasulullah bersabda:
Artinya : “Waspadalah kalian dalam berbuat ghuluw di dalam agama, hanyalah orang yang sebelum kalian binasa karena berbuat ghuluw dalam agama.” (QS. Ahmad 1/215, Nasa’i 5/268, Ibnu Majah: 3064, Hakim 1/466, lihat ash-Shohihah: 1283)
Termasuk bentuk ghuluw kepada Nabi juga yaitu tawassul yang tidak syar’i, berdo’a di sisi kuburnya, ngalap berkah dengan kuburannya, sholawat bid’ah yang mengandung kesyirikan, dan lain-lain. Wallahul Musta’an.
12.Bersholawat Untuk Nabi
Adab yang terakhir, hendaklah kita sering bersholawat kepada beliau , berdasarkan perintah Allah dalam firman-Nya:
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah dalam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahdzab (33): 56)
Abu Aliyah Radhiallahu ‘anhu mengatakan: “Allah bersholawat maksudnya adalah pujian Allah kepadanya di sisi malaikat. Adapun sholawat malaikat kepadanya maksudnya adalah do’a untuknya.” (HR. Mukhori secara mu’allaq. Lihat Fathul Bari 8/676, tafsir Ibnu Katsir 6/457)
Terlebih lagi apabila nama se;iau disebut, maka hendaklah kita bersholawat untuk beliau, Rasulullah bersabda:
Artinya : “Orang yang bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dia tidak bersholawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi: 3546, Ahmad I/201. Syaikh al-Albanu menshohihkannya dalam al-Misykah: 933)
Akan tetapi, perlu kita perhatikan bersama bahwa bersholawat kepada beliau adalah dengan cara yang syar’i yaitu bersandarkan hadits-haditsnya yang shohih, bukan dengan sholawat-sholawat yang dibuat-buat yang tidak jelas asalnya sebagaimana beredar dewasa ini!! Bahkan sholawat-sholawat buatan ini jika kita lihat maknanya banyak yang mengandung kesyirikan!! Wallohul Musta’an.
Demikianlah pembahasan kali ini. Kita memohon kepada Allah ketetapan hati agar tetap tegar berada di atas sunnah Rasulullah . Dan kita berlindung dari segala kesesatan dan penyimpangan. Amin. Allahu A’lam.(Diambil dari majalah AL-FURQON)

Keagungan Wanita Dalam Naungan Islam



Ditengah gencarnya gelombang persamaan gender serta emansipasi, terutama pada bulan ini yang mereka mengenangnya sebagai sebuah sejarah perjuangan wanita. Tanggal 21 April dikenanglah nama seorang RA. Kartini dengan kumpulan suratnya: “Door Duisternis Tot Licth” yang terlanjur diterjemahkan oleh seorang sastrawan kafir Armin Pane dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang nama ini semua dijadikan sebuah simbol perjuangan wanita untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang “terdholimi”.
Namun yang menjadikan kita harus mengurut dada, adalah celotehan kotor dari sebagian orang yang mengatakan bahwa agama Islam tidak menghormati wanita, dan beberapa hukum Islam mendholimi wanita. Fasubhanallah, tahukah mereka hakekat yang mereka ucapkan, ataukah ini hanya membeo pada ucapan orang-orang kafir barat yang memang sangat gencar menterang islam dengan berusaha memburukannya citra dan keagungannya.
Perhatikah wahai saudaraku, Islam datang untuk membawa rohmat bagi seluruh alam, sebagaimana firman-Nya :


Dan tidaklah kami mengutusmu kecuali sebagai rohmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya [21]: 107)
Wanita adalah bagian utama dalam kehidupan di alam semesta, tidak akan baik sebuah kehidupan tanpa pengagungan dan penghormatan kepada mereka, lalu akankah Islam mendzoliminya? Tidak, wallohi tidak.
Dari sini marilah kita menelusuri bagaimana sebenarnya Islam memperlakukan kaum wanita, baik saat menjadi apapun dia saat masih seorang anak, menjadi ibu, menjadi saudara wanita, menjadi bibi atau lainnya.
Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq-Nya dan menghilangkan syubhat kotor yang terpolusi oleh hitamnya isu persamaan gender dan emansipasi.

SAAT MENJADI ANAK
Pada zaman Jahiliyyah, anak wanita benar-benar terhina, orang tua mereka tidak senang dengan kehadirannya bahkan mereka tega membunuhnya dengan menguburkannya hidup-hidup. Perhatikanlah gambaran qur’ani berikut :

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuannya, hitamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah hidup-hidup? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS.An Hal [16]: 58-59)
Al-Hafidl Ibnu Hajar menyebutkan, orang jahiliyyah saat mengubur hidup-hidup anak-anak wanitanya, mereka menggunakan dua cara:
Pertama: Dia memerintahkan istrinya apabila akan melahirkan supaya berada di dekat kubangan, lalu apabila yang lahir laki-laki maka dia membiarkannya, namun apabila perempuan maka segera dilempar ke kubangan tersebut.
Kedua: Ada sebagian lain, yang membiarkan anak wanitanya hidup sampai sekitar usia enam tahun, lalu saat itu dia berkata kepada istrinya: “Hiasilah dan berilah wewangian pada anak ini, saya akan ajak dia mengunjungi kerabat kita.” Ternyata anak tersebut dibawa ke tengah padang pasir sehingga sampai ke sebuah sumur, lalu dia berkata kepada anak wanita tersebut: Lihatlah ke dalam sumur ini.” Dan akhirnya dia mendorong anaknya sehingga jatuh ke dalamnya. (Lihat Fathul Bari 10/421)
Namun hal itu sangat berbeda dengan islam yang menganggap bahwa kelahiran seorang anak wanita adalah sebuah kenikmatan agung, dan Islam memerintahkan untuk memperhatikan serta mendidik mereka, dan Islam memberikan balasan besar bagi yang melakukannya.
Rasulullah SAW bersabda:



Dari Uqbah bin Amir berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mempunyai orang anak wanita lalu sabar menghadapinya dan memberinya pakaian dari hasil usahanya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari neraka.” (HR. Ibnu Majah: 3669, Bukhori dalam Adab Mufrod: 76 dan Ahmad 4/154 dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah: 294)


Dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Barang siapa yang memelihara dua anak wanita sehingga baligh, maka dia akan datang pada hari kiamat dan saat itu saya dan dia seperti ini.’ Lalu Rasulullah menyatukan antara jari-jari beliau.” (HR. Muslim 2631)
Dan pada riwayat lain dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah SAW bersabda:


“Barang siapa yang memiliki tiga anak wanita lalu memelihara, mengasih sayanginya dan menanggung hidupnya maka dia pasti masuk surga”. Lalu ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana kalau hanya dua?” Beliau menjawab: “Meskipun hanya dua.” Maka ada sebagian orang yang mengatakan bahwa seandainya mereka bertanya: “Bagaimana kalau hanya satu, niscaya Rasulullah akan menjawabnya: Meskipun hanya satu. (HR. Ahmad 3/303, lihat ash-Shohihah: 2679)

SAAT MENJADI IBU
Saat seorang wanita menjadi seorang ibu, syariat Islam benar-benar menghormati dan mengagungkannya. Hal ini sangat nampak sekali dengan wajibnya seorang anak berbakti kepada ibunya, berbuat baik kepadanya, larangan menyakitinya dengan cara apapun, mendoakan kebaikan baginya serta berbagai hal lain yang membawa kebahagiaan serta kehormatan dirinya. Salah satu gambarannya adalah firman Allah Ta’ala:

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknhya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan perkataan ‘Ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Ya Allah, kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23-24).
Bahkan Islam lebih mendahulukan menghormati ibu daripada bapak. Sebagaimana hadits berikut :


Dari Abu Hurairah berkata: “Datang seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk saya berbuat baik kepadanya?” Rasulullah menjawab: ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi: ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab: ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi: ‘Lalu siapa?’ Rasulullah kembali menjawab: ‘Ibumu,’ lalu dia bertanya lagi: ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab: ‘Bapakmu.”” (HR. Bukhori 5971, Muslim 2548)
Syariat Islam juga menjadikan berbuat bakti kepada orang tua termasuk diantara amal perbuatan yang paling mulia. Dan ini sangat jelas tergambar dalam beberapa hadits Rasulullah, di antaranya:


Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah SAW: Amal perbuatan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasulullah menjawab: “Sholat tepat pada waktunya.” Saya bertanya lagi: “Lalu apa?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Lalu apa lagi: “Jihad fisabilillah.”” (HR. Bukhori 5970, Muslim 85)
Islam juga menjadikan durhaka kepada keduanya termasuk dosa besar, sebagaimana sabda Rasulullah:



Dari Abdru Rohman bin Abu Bakroh dari bapaknya berkata: “Rasulullah bersabda: “maukah kalian saya junjukkan kepada perbuatan dosa yang paling besar?” para sahabat menjawab: “Wahai Rasulullah,” Beliau bersabda: “Berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” Dan saat itu duduk padahal sebelumnya bersandar: “Hati-hatilah kalian dengan sumpah palsu.” Rasulullah selalu mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan: Duh, seandainya beliau mau diam. (HR. Bukhori 5976, Muslim 87)

SAAT MENJADI ISTRI
Saat seorang wanita menjadi istri, syariat Islam pun sangat memperhatikan hak-haknya serta sangat menghargai dan menghormatinya. Diperintahkan seorang suami berbuat baik kepadanya, tidak menyakitinya, bersabar atas segala kekurangannya, berbuat baik kepada keluarganya, memberinya nafkah dengan cara yang baik, menjaga kehormatannya dan lain sebagainya.Cukuplah itu semua masuk dalam perintah Allah:


….Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik…. (QS. An-Nisa’ [4]: 19)
Dan perhatikanlah beberapa hadits berikut, niscaya engkau akan mengetahui bagaimana Islam sangat menghormati seorang istri.



Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah bersabda: “Berbuat baiklah kalian kepada istri, karena dia diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya, jika engkau biarkan maka dia akan selalu bengkok, oleh karena itu berbuat baiklah kalian kepada para istri.” (HR. Bukhori 3331, Muslim 1468)
Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah bersabda: “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, sebaik-baik kalian yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Ahmad 2/250, Abu Dawud: 4682, Tirmidzi: 1162 dengan sanad shohih)
Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya Rasulullah bersabda saat khutbah haji wada’: “Takutlah kalian kepada Allah tentang urusan istri kalian, karena kalian mengambilnya amanat dari Allah, dan kalian halalkan farjinya dengan kalimat Allah, maka hak kalian atas mereka adalah agar mereka kaum istri jangan mengizinkan orang yang kalian benci masuk rumah kalian, kalau sampai mereka melakukannya maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti, sedangkan hak mereka atas kalian adalah kalian berikan nafkah serta pakaiannya dengan cara yang baik.” (HR. Muslim 1218)

Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah bersabda: “Janganlah seorang mu’min laki-laki membenci seorang wanita mu’minah, karena jika dia melihat ada akhlaknya yang tidak disenangi, niscaya dia akan menemukan akhlak lain yang dia senangi.” (HR. Muslim 1469)

SAAT SEBAGAI KERABAT
Saat seorang wanita menjadi kerabat, baik sebagai saudara perempuan, bibi, keponakan maupun saudara sepupu, maka syariat Allah dan Rasulnya pun tetap menghormati dan mengagungkannya.
Kaum muslimin diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka, diperintah untuk menyambung hubungan kekerabatan, menjaga hak-hak mereka serta lainnya. Perhatikanlah beberapa nash berikut :


Dari Miqdam bin Ma’diyakrib bahwasannya Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu-ibu kalian (tiga kali), sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada bapak-bapak kalian, sesungguhnya Allah berwasiat untuk berbuat baik dengan keluar yang terdekat kemudian yang didekatnya lagi. (HR. Bukhori dalam Adab Mufrod: 60, Ibnu Majah: 3661 dengan sanad shohih, lihat ash-Shohihah: 1666)


Dari Abu Hurairah dari Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang masih punya hubunungan keluarga adalah kerabat erat dari Allah, maka Allah berfirman: Barang siapa yang menyambungmu maka Aku akan menyambungnya, dan barang siapa yang memmutuskanmu maka Aku akan memutuskannya.” (HR. Bukhori 5989, Muslim 2555)

SAAT MENJADI ORANG LAIN

Sampaipun saat seorang wanita hanya menjadi orang lain yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengannya, maka Islam masih sangat menghargai dan menghormatinya.
Sebagai sebuah gambaran mudah, Islam memerintahkan untuk memberikan bantuan saat ada seorang wanita yang membutuhkannya, sebagaimana sabda Rasulullah:

“Orang yang berusaha membantu para janda dan orang miskin maka dia berada di jalan Allah atau seperti orang yang sholat malam dan puasa siang hari.” (HR. Bukhori 6007, Muslim 2982)

Inilah sekelumit dari samudra keagungan wanita dalam naungan syariat Islam, lalu setelah ini semua, masihkah ada orang yang berani untuk mengatakan bahwa Islam mendholimi wanita dan tidak memberikan hak-hak mereka? Mudah-mudahan Allah tidak menjadikan kita sebagai orang yang buta hati dan akal. Wallohu a’lam.

*)Dari Majalah Al-Furqon

‘Aisyah Binti Abu Bakar


Obat Dari Atas Langit Yang Ketujuh


Beliau adalah guru bagi kaum laku-laki, Ash-Shidiqah putri dari Ash-Shidiq seorang khalifah Rasulullah SAW yang bernama Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir, Al-Qursyiyah At-Taimiyah. Beliau adalah istri dari penghulu anak-anak Adam, wanita yang paling dicintai Nabi, putri dari laki-laki yang paling dicintai yang merupakan obat dari atas langit yang ketujuh.
Beliau telah membuktikan kepada dunia sejak 14 abad yang lalu bahwa merupakan perkara yang sangat mungkin apabila seorang wanita lebih pandai dari kaum laki-laki, baik dalam urusan politik atau bahkan siasat perang.
Wanita ini bukanlah merupakan alumnus dari suatu universitas, dan tidak pernah pula berguru kepada cendikiawan timur dan barat, akan tetapi beliau adalah seorang murid dan lulusan dari madrasah nubuwah, madrasah iman, dan madrasahnya para pahlawan. Semenjak masa kanak-kanak dia telah dididik oleh syaikhul muslimin dan yang paling utama diantara mereka,myakni bapaknya yang bernasma Abu Bakar Ash Shidiq. Menginjak usia remaja beliau telah dibimbing oleh Nabi umat ini yang juga gurunya, manusia yang paling mulia dan yang paling utama yakni Rasulullah SAW suaminya. Maka berkumpullah pada diri beliau antara ilmu, keutamaan dan bayan yang mana sejarah menjadikan beliau sebagai obat yang sangat dibutuhkan sepanjang masa. Begitulah jejak-jejak beliau dipelajari dalam kuliah adab sebagaimana pentingnya nash-nash tentang adab, dan itulah fatwa-fatwa beliau dibaca menjadi topik pembicaraan di setiap sekolah sepanjang sejarah Arab dan sejarah kaum muslimin.
Beliau dinikahi oleh rasulullah SAW atas perintah dari Allah Azza wa Jalla sebagai penghibur setelah wafatnya Khadijah. Rasulullah hendak menikahi Aisyiyah dan Saudah salam waktu yang bersamaan namun kemudian beliau menikahi Saudah terlebih dahulu hingga setelah selang tiga tahun beliau nikahi Aisyah pada bulan Syawal setelah perang Badr, maka berpindahlah walimatul ‘ursy yang sederhana ke rumah nubuwah yang baru. Yakni berupa sebuah ruangan di antara ruangan-ruangan lain yang didirikan di sekitar masjid terbuat dari batu bata dan beratap pelepah daun kurma. Rasulullah SAW menempatkan atas tidur dari kulit yang berserabut, tiada batas antara dirinya dengan tanah melainkan tikar, dan pada pintu masuk beliau tutup dengan tabir.
Di dalam rumah yang sederhana inilah Aisyah radialahu‘anhu memulai kehidupannya sebagai seorang istri secara syah yang akan dicatat oleh sejarah. Menjadi seorang istri adalah pekerjaan utama bagi wanita, dan sesungguhnya di antara tujuan utama seorang wanita adalah menjadi seorang istri dan seorang ibu. Hal itu tak dapat dielakkan sedikitpun sekalipun dia adalah seorang wanita yang memiliki harta sepenuh bumi, walaupun kehormatan dia melebihi awan, sekalipun dia telah mencapai puncak ilmu dan jabatan, maka sekali-kali tidak dapat melepaskan tanggung jawab tersebut dari lehernya, tidak akan bisa dia melepaskan tanggung jawab, dan tiada jalan bagi jiwanya untuk menyimpang darinya. Maka bagaimana mungkin akan bahagia seseorang yang menyimpang dari fitrah yang telah ditetapkan baginya?
Dalam kehidupan berumah tangga inilah Aisyah menjadi guru bagi setiap wanita di seluruh alam sepanjang sejarah. Beliau adalah sebaik-baik istri yang bergaul dengan suaminya, mendatangkan kebahagiaan di hati suaminya dan menyingkirkan apa-apa yang menyusahkannya di luar rumah berupa kesusahan hidup dan rintangan tatkala berdakwah di jalan Allah.
Beliau juga seorang istri yang paling baik jiwanya, pemurah, dan bersabar bersama rasulullah SAW dalam menghadapi kefakiran dan rasa lapar hingga beberapa hari lamanya tidak terlihat asap roti ataupun masakah. Beliau berdua hidup dengan hanya memakan kurma dan air.
Tatkala kemewahan dunia berpihak kepada kaum muslimin, pernah suatu ketika beliau diberi seratus ribu dirham sedangkan beliau dalam keadaan shaum dan beliau sedekahkan seluruhnya hingga tak ada suatu apapun dirumahnya. Salah seorang pembantunya berkata: “Jika masih ada maka belilah daging dengan satu dirham kemudian anda berbuka dengannya!” maka beliau menjawab, “Seandainya engkau berkata sejak tadi niscaya akan aku berikan.”
Kefakiran tidak membuat beliau berkecil hati, dan kaya tidak membuat beliau congkak. Beliau menjaga izzah jiwanya, sehingga menjadi remehlah dunia pada pandangan matanya, beliau tidak peduli apakah dunia di hadapannya atau di belakangnya.
Beliau juga merupakan istri terbaik yang memperhatikan ilmu dari rasulullah SAW, sehingga beliau pada puncak ilmu yang mana beliau menjadi guru bagi kaum laku-laki. Dan mereka menjadikan beliau sebagai rujukan dalam bidang hadits, sunnah dan fikih. Az-Zuhri berkata: “Seandainya ilmu Aisyah dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah lebih utama.
Hisyam bin Urwah menceritakan dari ayahnya yang berkata: “Sungguh aku telah bertemu dengan Aisyah, maka aku tidak mendapatkan seorangpun yang lebih pintar darinya tentang Al Qur’an, hal-hal yang fardhu, sunnah, sya’ir, yang paling banyak meriwayatkan, sejarah Arab, ilmu nasab, ilmu ini, ilmu itu dan ilmu kesehatan (kedokteran), maka aku bertanya kepada beliau, “Wahai bibi….. kepada siapa anda belajar tentang imu kedokteran?” maka beliau menjawab, “tatkala aku sakit, maka aku perhatikan gejala-gejalanya dan aku mendengar dari orang-orang menceritakan perihal sakitnya, kemudian aku menghafalnya.
Dari Al-A’masy dari Abu Adh-Dhuha dari Masruq, kami bertanya kepada Masruq, “Apakah Aisyah ahli dalam bidang fara’idh?” Maka beliau menjawab, “Demi Allah sungguh aku melihat para sahabat Rasulullah SAW yang terkemuka bertanya kepada beliau tentang fara’idh. Bersamaan dengan hal itu, beliau radhiallahu’anhu adalah seorang wanita yang memiliki ghirah, bahkan beliau adalah istri Nabi yang paling tinggi ghirahnya terhadap Nabi. Hal itu adalah merupakan tabiat seorang istri. Akan tetapi ghirahnya masih pada tempat yang semestinya tidak sampai melewati batas penyimpangan yang menimbulkan kemadharatan.
Di antara kejadian yang paling penting dalam kehidupan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu’anhu adalah peristiwa tentang fitnah yang buruk dan keji terhadap beliau yang dikenal dengan “haditsul ifki” (berita dusta), padahal tuduhan tersebut sangat jauh dari beliau bahkan melebihi jauhnya antara langit dan bumi. Yakni langit yang darinya turun keputusan hukum tentang bebasnya beliau dari tuduhan keji tersebut yang mana ayat-ayat tersebut senantiasa kita baca dan bernilai ibadah dengan membacanya hingga hari kiamat. Ujian tersebut merupakan pelajaran yang berharga bagi wanita yang paling utama tersebut, dan juga berisi pengisian yang bermanfaat bagi setiap wanita.
Tatkala Rasulullah Saw sakit sepulang dari haji wada’ (haji perpisahan/terakhir), dan beliau merasakan telah usialah perjalanan beliau setelah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah, maka beliau berkata di saat istri-istri beliau mengelilingi beliau: “Di mana giliran saya untuk bermalam besok? …… dimana giliran saya besok lusa?” seolah-olah beliau merasakan lama sekali menanti giliran Aisyah. Maka hati para ummahatul mukminin semoga Allah meridhai menyadari bahwa Rasulullah ingin melewati sakitnya di tempat yang paling dia sukai. Maka mereka seluruhnya berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami telah menghadiahkan giliran kami kepada Aisyah.”
Sehingga berpindahlah kekasih Allah ini ke rumah istri yang dicintainya, sedangkan Aisyah senantiasa berjaga untuk merawat Rasulullah SAW yang sedang sakit dengan penuh kasih sayang walaupun harus ditebus dengan jiwanya, aku tebus dirimu dengan jiwaku, bapakku dan ibuku ya Rasulullah. Tidak beberapa lama kemudian Rasulullah SAW wafat sedangkan kepala mbeliau berada di pangkuan Aisyah.
Ummul mukminin Aisyah menuturkan saat-saat yang mengharukan tersebut: “Telah wafat Rasulullah SAW di rumahku, pada saat hari dan giliran beliau menginap di rumahku dan di atas pangkuanku. Ketika itu masuklah Abdurrahman bin Abu Bakar yang sedang membawa siwak yang masih basah, Rasulullah memandangnya seolah-olah menginginkannya, maka aku ambil siwak tersebut kemudian aku kunyak dan aku bersihkan kemudian aku hendak membersihkan gigi beliau SAW namun beliau menolaknya. Kemudian beliau membersihkan giginya dengan cara yang sangat baik yang aku belum melihat sekalipun yang lebih baik dari yang beliau kerjakan saat itu. Selanjutnya beliau mengarahkan pandangannya kepadaku dan meletakkan kedua tangannya sedangkan aku turut mendo’akan beliau sebagaimana do’a Jibril untuk beliau, begitupula Nabi berdo’a dengan do’a tersebut tatkala sakit. Akan tetapi beliau SAW tidak berdo’a dengan do’a tersebut. Pandangan beliau kembali mengarah ke langit kemudian bersabda: “Ar-Rafiiqul A’la, segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan diriku dengan dirinya pada hari terakhir kehidupannya di dunia.”
Rasulullah SAW dimakamkan di tempat dimana beliau wafat yakni di rumah Aisyah. Kemudian sisa-sisa hidup beliau radhiallahu’anhu beliau ini dengan mengajar para laki-laki dan wanita, dan turut mengisi lembaran sejarah hingga beliau wafat yang telah dinantikannya pada malam Selasa tanggal 17 Ramadhan tahun 57 Hijrah di saat beliau berumur 66 tahun.
Sepeninggal beliau lahirlah generasi-generasi yang senantiasa meneliti celah-celah kehidupan beliau semenjak berumur enam tahun hingga beliau sukses dalam tarbiyah dan berhasil meraih teladan terbaik yang tidak pernah ada lagi di dunia ini tokoh seperti beliau sejak empat belas abad lamanya.

Dari Buku : Mengenal Sahabiyah Nabi, Pustaka At Tibyan Solo

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda