Senangkah kita mengikuti mereka?
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” ( Q. S. Al- Baqarah : 120 ).
Sukakah kita memakai suatu barang yang bukan milik kita secara utuh? Relakah kita jika sesuatu milik kita dijamah orang lain? Tentu kita akan berpikir berkali-kali untuk melakukan hal tersebut. Apalagi kita akan membicarakan tentang perilaku yang menggambarkan kepribadian dan kebudayaan. Perbedaan agama bukan menjadi halangan untuk melaksanakan sikap kooperatif dan teposeliro. Yang perlu kita khawatirkan adalah peresapan dan percampuran tak terbatas antar keduanya. Dalam QS. Al-Baqarah di atas telah disampaikan bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan puas hingga kita mengikuti mereka. Apa yang mereka inginkan agar kita ikuti? Yaitu mulai dari hal terkecil sampai pada urusan akidah. Mari sedikit kita kupas tafsir dari ayat tersebut.
Ayat tersebut memberikan perintah kepada Nabi Muhammad untuk mengjarkan tentang sikap kita sebagai umat Islam dalam menghadapi kaum Yahudi dan Nasrani. Firman Allah:
" ولن ترضي عنك اليهود و لا النصاري حتي تتبع ملتهم"
Yang artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”. Ibnu Jarir mengatakan, bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani selamanya tidak akan pernah rela kepadamu, maka jangan lagi kita sebagai umat Islam mencari sesuatu yang dapat membuat mereka rela dan sejalan dengan kita. Tidak perlu kita melakukan sikap yang bertentangan dengan ajaran kita hanya agar mendapat simpati dan sanjungan dati mereka. Seperti mengikuti trend pergaulan bebas, bersikap materialistik dan hedonis.
Firman Allah Ta’ala "قل إن هدي الله هو الهدي" yang artinya “katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Memberikan nasihat bahwa jalan yang harus kita tempuh dalam berperilaku atau beribadah adalah petunjuk Allah yaitu agama yang lurus, benar, sempurna, dan menyeluruh, din al-Islam.
Qatadah mengatakan tentang firman Allah, bahwa penggalan ayat
"قل إن هدي الله هو الهدي" maksudnya adalah petunjuk Allah adalah hujjah Allah yang diajarkan kepada Muhammad SAW dan para sahabat beliau untuk mendebat dan mematahkan argument orang-orang sesat. Jadi, ketika kita merasa tidak percaya diri dengan ajaran kita maka sebenarnya kita belum menyadari bahwa agama kita adalah jalan hidup yang paling sempurna. Jika kita sudah meyakini bahwa petunjuk Allah lah yang paling baik maka kita tidak akan mudah tergiur dengan fatamorgana dunia yang hanya member kebahagiaan sesaat atau bahkan malah mengakibatkan siksa.
Firman Allah:
" ولئن اتبعت اهواءهم بعد الذي جاءك من العلم ما لك من الله من ولي و لا نصير"
Yang artinya : “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” Maksudnya, di dalamnya terdapat ancaman keras bagi umat Islam dari mengikuti tata cara orang-orang Yahudi dan Nasrani setelah umat ini mengetahui isi al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari perbuatan itu.
Ayat ini mengandung khithab (sasaran pembicaraan) yang ditujukan kepada Rasulullah SAW, akan tetapi perintahnya ditujukan kepada umatnya. Dan kita adalah umat tersebut, maka sobat Shoh-Is jangan biarkan mereka tertawa di atas kelengahan yang kita lakukan {End/ Tafsir Ibnu Katsir 1}